Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sampai 5 persen, yakni 4,94 persen pada kuartal III 2023. Disebabkan sejumlah faktor, termasuk jelang Pemilihan Umum 2024.
"Kelompok atas menahan belanja karena tahun Pemilu, dan mempertimbangkan risiko geopolitik. Simpanan diatas Rp 5 miliar naik dan makin gemuk itu pertanda banyak saving daripada belanja," ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat dihubungi, Senin (6/11/2023).
Bhima menyampaikan, Pemerintah perlu waspada karena pertumbuhan yang rendah bisa berlanjut. Sebab, ada indikasi pelemahan konsumsi domestik.
Baca juga: Para Ekonom Ragukan Target Pertumbuhan Ekonomi Tiga Capres Bisa Dicapai, Ini Sederet Alasannya
"Masyarakat terutama kelompok menengah bawah sedang menghadapi tekanan naiknya harga beras, semakin ketatnya persaingan kerja dan kenaikan suku bunga," kata Bhima.
Sementara, tren pelambatan ekonomi masih mungkin terjadi di kuartal ke IV yakni hanya tumbuh 4,8-4,97 persen meski ada libur panjang natal tahun baru.
Baca juga: Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 4,94 Persen di Kuartal III-2023, Apa Saja Faktornya?
"Investasi jelas akan terdampak konflik Israel-Palestina dan masih perkasanya dollar AS," tambahnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 4,94 persen secara year on year atau tahunan pada kuartal III-2023.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku tercatat sebesar Rp 5.296,0 triliun, sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan mencapai Rp 3.124,9 triliun di kuartal III-2023,
"Di tengah melambatnya perekonomian global, perubahan iklim, dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan perekonomian Indonesia tumbuh 4,94 persen (yoy),” ucap Amalia di Jakarta, Senin (6/11/2023).
Amalia berujar, pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh melambatnya perekonomian global, terjadinya perubahan iklim dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan. Resiliensi ekonomi Indonesia kembali tercermin melalui pertumbuhan ekonomi sebesar 4,94 persen.
"Secara kumulatif Indonesia ekonominya tumbuh sebesar 5,05 persen (c to c)," kata Amalia.
Ekonomi Indonesia, ucap Amalia, jika dihitung berdasarkan PDB pada kuartal III-2023 atas dasar harga berlaku sebesar mencapai Rp 5.296 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 Rp 3.124,9 triliun.
"Berdasarkan besaran produk domestik bruto atau PDB pada triwulan III- 2023 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 5.296 triliun, atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.124,9 triliun," imbuh Amalia.
Amalia berujar beberapa peristiwa yang mempengaruhi perekonomian dalam negeri, yakni kondisi beberapa negara mitra dagang utama Indonesia tetap tumbuh meskipun pada umumnya pada kuartal III-2023 relatif lebih lambat dibandingkan kuartal II seperti Tiongkok dan India.
Baca juga: BPS Sebut Harga Gula Pasir Tak Ada Tanda-tanda Turun, di Papua Tembus Rp 21.000 per Kilogram
"Kemudian, penurunan harga komoditas global juga berpengaruh ke komoditas ekspor unggulan Indonesia, seperti minyak kelapa sawit (CPO), nikel dan batu bara," terang Amalia.
Sedangkan, dari dalam negeri pertumbuhan ekonomi indonesia didorong oleh aktivitas domestik, yakni peningkatan mobilitas dan peningkatan pariwisata. Lalu, daya beli masyarakat masih terlihat stabil, diindikasikan dengan inflasi yang terkendali indeks penjualan eceran riil yang tumbuh.
"Penjualan domestik sepeda motor naik dan nilai transaksi uang elektronik dan kartu kredit juga tumbuh," tutup Amalia.