Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) memperkuat resiliensi di sisi likuiditas, pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga yang stabil serta pengelolaan risiko secara prudent.
Langkah itu untuk menjawab dinamika perekonomian global dan domestik yang serba tidak pasti.
Ketua Umum Perbanas Kartika Wirjoatmodjo memaparkan kondisi perekonomian global dan domestik bisa berdampak terhadap sektor keuangan nasional.
Baca juga: Lewat Literasi Keuangan, Para Pelaku UMKM Diharapkan Lebih Dekat Lagi Kenali Produk Perbankan
“Di tengah kondisi yang tidak pasti, baik di dalam negeri maupun secara global, terdapat urgensi untuk memahami bagaimana kondisi dinamika perekonomian global dan domestik sehingga kita dapat memaksimalkan peluang di tengah perlambatan global,” kata pria yang akrab disapa Tiko itu dalam Forum Group Discussion (FGD) digelar Kamis (23/11/2023).
Pada saat yang sama, Indonesia juga akan menghadapi tahun Pemilu pada 2024 yang diperkirakan dapat mempengaruhi risk appetite para investor dan pelaku usaha.
Tiko menilai para investor dan pelaku usaha cenderung wait and see hingga terdapat kepastian mengenai hasil kontestasi politik serta perubahan yang akan ditimbulkannya.
“Beberapa investor dan pelaku usaha, terutama pada bisnis-bisnis yang sangat sensitif terhadap perubahan regulasi, cenderung mengurangi investasi dalam rangka membendung eksposur risiko dari ketidakpastian pada tahun politik,” ungkapnya.
Akan tetapi, beberapa dari mereka mengaku tidak terpengaruh dan mampu mengambil peluang untuk mengembangkan investasi dan bisnis mereka.
Berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), perekonomian dunia pada tahun 2023 dan 2024 bertumbuh masing-masing sebesar 3 persen dan 2,9 persen yang menunjukkan adanya risiko ekonomi dan geopolitik yang terus berlanjut sehingga akan menghambat laju ekonomi.
Baca juga: Perbaiki Kinerja Keuangan, Waskita Targetkan Proses Restrukturisasi Rampung Akhir 2023
Namun, Bank Dunia (World Bank) memiliki pandangan yang lebih positif terhadap ekonomi pada 2024, sejalan dengan normalisasi suku bunga dan inflasi.
Di sisi perekonomian domestik, Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan Indonesia pada kuartal II- 2023 mencapai 5,17 persen (year-on-year) yang ditopang oleh pemulihan sektor manufaktur dan stabilitas kinerja sektor pertanian.
Terdapat depresiasi nilai tukar rupiah yang dapat berdampak bagi sejumlah sektor industri dan perdagangan akibat kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed).
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh kinerja sektor perbankan yang saat ini stabil kendati terdapat pengetatan likuiditas global.
Pada semester II-2023, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan Indonesia terjaga pada level 27,6 persen serta rasio kredit bermasalah (NPL) bruto menurun ke level 2,3 persen.
Penyaluran kredit yang bertumbuh sebesar 7,76 persen (y-o-y) terus mendukung aktivitas perekonomian.
Bank Indonesia memperkirakan kredit perbankan nasional akan tetap tumbuh positif pada tahun 2024, yaitu sekitar 8 persen hingga 11 persen.
Angka tersebut kurang lebih sama dengan target tahun ini yaitu 9 persen hingga 11 persen, namun dengan batas bawah yang lebih rendah.