TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Indonesia akan memilih calon presiden dan wakil presiden pada Februari 2024, untuk menggantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Maruf Amin.
Melihat kondisi tersebut, bagaimana sikap dari masyarakat dalam meramu investasinya agar tetap aman dan memberikan imbal hasil maksimal?
Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni mengatakan, pasar saham akan cenderung lebih dinamis di tahun politik.
Hal itu terjadi karena pelaku pasar akan terus memonitor dan mengalkulasi hasil pemilu, salah satunya terkait akan kebijakan yang sudah berjalan dan nasibnya ke depan, terutama terkait perekonomian.
Baca juga: Menteri Sandiaga Sebut Bisnis Perhotelan Terdongkrak di Tahun Politik, Ini Penyebabnya
Di tahun pemilu kali ini, Agung lebih menyarankan untuk tetap mempertahankan posisi pada aset berisiko seperti saham.
Sebab, Agung menilai masih adanya ekspektasi sentimen positif dari kebijakan bank sentral yang diperkirakan akan memangkas suku bunga pada tahun ini.
“Dan harapan pemilu berjalan dengan lancar, begitu pun presiden yang terpilih, yakni yang pro-pasar,” kata Agung dikutip dari Kontan, Jumat (5/1/2024).
Rekomendasi strategi alokasi aset dari Agung untuk tahun ini yakni 60 persen untuk instrumen ekuitas dan 40% untuk pendapatan tetap atau fixed income dan pasar uang alias money market.
Kepala Riset BCA Sekuritas Christopher Andre Benas menilai, investor bisa mempertimbangkan untuk memasukkan portofolionya ke instrumen saham.
Sebab, Andre melihat kondisi pasar yang cenderung pricing in terhadap kebijakan pemangkasan suku bunga acuan.
“Rate cut sangat baik untuk saham, jadi semestinya porsi saham tetap equal, yakni 50%,” terang Andre.
Kemudian, investor bisa memasukkan ke instrumen surat utang (bonds) sebesar 30%. Instrumen obligasi dinilai bisa berkinerja apik sejalan dengan pemangkasan suku bunga. Sisanya bisa ditujukan ke instrumen money market (pasar uang) sebesar 20%.
Di sisi lain, Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada cenderung menyarankan portofolio yang berimbang tahun ini.
Reza menyarankan portofolio saham sebanyak 30%, obligasi (dengan rating minimal BBB) sebanyak 25%, reksadana saham sebanyak 10%, reksadana campuran sebanyak 10%, dan reksadana pendapatan tetap sebanyak 10% dari total portofolio.
Sebanyak 15% dana bisa ditempatkan di reksadana pasar uang yang bisa dicairkan sewaktu-waktu atau bisa berbentuk uang kas.
Reza juga menilai, pasar akan cenderung diwarnai sentimen yang bervariasi tahun ini, mulai dari sentimen pemilu, rilis laporan keuangan periode 2023, data-data makroekonomi global, hingga pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Sentimen pasar juga akan diwarnai dengan pemilihan saham-saham yang berkaitan dengan kandidat yang nantinya terpilih.
“Lebih tepatnya kita menyesuaikan dengan sentimen yang ada,” ucap Reza.
Investor bisa memperhatikan saham-saham yang punya korelasi dengan pasangan-pasangan Capres dan Cawapres semisal PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP), PT WIR Asia Tbk (WIRG), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), hingga PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).
Proyeksi Agung, IHSG di akhir tahun ini akan berada di kisaran 7.869.
Katalis utama indeks berasal dari kebijakan pemangkasan suku bunga dari bank sentral lebih awal dibanding yang diperkirakan oleh pasar, hingga perbaikan ekonomi di China dan Kawasan Eropa.
Menurut Agung, saham sektor media seperti PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) juga akan diuntungkan dari gelaran pemilu.
Selain itu, saham dari sektor barang konsumsi dan rokok seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga akan terimbas katalis pemilu.
Tak ketinggalan, saham telekomunikasi seperti TLKM dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga akan diuntungkan dari gelaran pemilu. (Akhmad Suryahadi/Kontan)