Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai topik seputar pasar modal syariah belum dilirik oleh ketiga pasangan calon presiden dalam program pada Pemilihan Presiden 2024.
"Pasar modal syariah belum jadi perhatian dari tiga paslon yang ada," ujar Kepala Program Ekonomi Syariah Indef Fauziah Rizki Yuniarti, Jumat (12/1/2024).
Membaca dokumen visi misi dari ketiga Capres, menurut Fauziah, penyebutan kata syariah atau ekonomi syariah masih sangat sedikit. Kemudian produk pasar modal syariah lainnya tidak disebutkan di dokumen. Di antara ketiga visi misi paslon, kata syariah hanya disinggung 5-8 kali.
"Kemudian kalau dilihat dari diskusi-diskusi, kan sudah sebanyak debat-debat dari paslonnya sendiri dan timses ekonomi. Kalau diperhatikan, mereka memang fokusnya lebih ke perbankan syariah," tambah Fauziah.
Padahal jika ditelisik pasar modal syariah itu mendominasi di tingkat nasional. Bahkan, di tingkat global Indonesia juga mendominasi.
Ia memaparkan, porsi aset pasar modal syariah menjadi yang terbesar di antaranya produk syariah lainnya, dengan persentase mencapai 60,08 persen.
Sementara porsi aset perbankan syariah tercatat sebesar 33,77 persen dan aset industri keuangan non bank (IKNB) syariah 6,15 persen dari total aset keuangan syariah.
Baca juga: Jarak Industri Keuangan Syariah dan Konvensional Masih Lebar karena 5 Tantangan Ini
Selain kinerja positif pada sektor keuangan dalam negeri, pasar modal syariah Indonesia juga bersaing dalam skala global.
"Terlihat pada capaian ESG sukuk atau sukuk hijau Indonesia yang menduduki peringkat pertama pada akumulasi penerbitan selama 2017-2022," tambah Fauziah.
Baca juga: OJK: Aset Keuangan Syariah Nasional Mencapai Rp 2.450 Triliun Per Juni 2023
Kemudian, kinerja sukuk Indonesia secara umum menempati posisi ketiga setelah Malaysia dan Arab Saudi.
"Jadi kita punya posisi yang kuat sebenarnya pasar modal syariahnya," sambung Fauziah.