News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Beras Melonjak

Harga Beras Premium Meroket, Hari Ini Dibanderol Rp 15.870 per Kg

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Mahalnya beras premium berkaitan dengan stoknya yang mulai mengalami kelangkaan.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beras premium kini tengah menjadi sorotan karena belakangan ini harganya sedang naik drastis.

Mengutip data panel harga Badan Pangan Nasional pada Sabtu (10/2/2024), harga rata-rata beras premium secara nasional naik 2,19 persen atau sebesar Rp 340. Hari ini, per kilogramnya dibanderol sebesar Rp 15.870.

Ada juga beras medium yang harganya juga naik, tetapi tidak sesignifikan beras premium. Hari ini, harganya Rp 13.810 per kg setelah naik 1,54 persen atau sebesar Rp 210.

Baca juga: Kampanye Akbar di Solo, Ganjar Singgung Harga Beras Mahal Tapi Pemimpin Hanya Diam

Mahalnya beras premium ini berkaitan dengan stoknya yang mulai mengalami kelangkaan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Roy Mandey mengungkap, saat ini beras premium mulai langka di toko swalayan.

Pengusaha ritel mulai kesulitan mendapatkan beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kg karena adanya keterbatasan suplai.

"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasar ritel modern (toko swalayan)," kata Roy.

Roy mengatakan, keadaan kenaikan harga beras ini terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, bahan pokok lain juga ikut mengalami kenaikan harga.

Sebagai informasi, Indonesia saat ini memang sedang kekurangan beras.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, RI sedang kekurangan beras sebanyak 2,8 juta ton.

Untuk menutupi kekurangan tersebut, Arief mengatakan pemerintah melakukan impor beras.

"Jadi memang saat ini meskipun produksi dan konsumsi beras di Januari dan Februari 2024 minus 2,8 juta ton sebagai dampak dari penurunan produksi akibat El Nino, namun kita memerlukan beras yang cukup agar neracanya dapat terjaga secara positif. Karena itu, pemerintah menyeimbangkan kekurangan tersebut dengan kebijakan importasi," kata Arief dalam keterangannya, Jumat (9/2/2024).

Menurut dia, kebijakan tersebut adalah pilihan terakhir agar ketersediaan beras tetap terjaga.

“Walaupun sangat pahit, importasi saat ini harus dijalankan. Mungkin kebijakan ini tidak populer saya sampaikan, tetapi harus dikerjakan untuk pemenuhan kebutuhan saat ini,” ujar Arief.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini