News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Beras Melonjak

Pak Jokowi! Harga Beras Sudah Naik dari Rp8.000 Jadi Rp17.000 per Liter dan Kini Menjadi Langka

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang beras eceran di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (11/2/2024).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga beras jenis premium terus mengalami kenaikan dalam beberapa tahun ini, hingga kini sulit didapatkan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Juna yang merupakan pedagang beras di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur.

Juno mengatakan, beras premium yang dia beli di supplier sebesar Rp 16.800 per liter. Harga ini justru berbeda dengan beras Bulog Rp 15.200 per liter.

"Sulit karena kemanapun beli mau ke Indomaret (pasar ritel modern) tetap Bulog semua," kata Juna saat ditemui Tribunnews, Minggu (11/2/2024).

Baca juga: Usai Dikeluhkan Pengusaha, Pemerintah Akan Gelontorkan 100 Ribu Ton Beras SPHP di Pasar Riter Modern

Meski begitu, Jona tetap menjual beberapa jenis beras premium dengan harga bervariasi mulai dari Rp 13.000 sampai Rp 13.500 per liter tergantung jenis berasnya.

Artinya, Juna menjual rugi beras-beras jenis premium dari harga beli.

"Susah. Ibaratnya kita beli premium dengan Bulog, mau kita premium lebih banyak rugi kita jual Bulog takutnya enggak sesuai juga karena kualitasnya," ungkapnya.

Dikatakan Juna, kenaikan harga beras sudah berjalan sejak Pandemi Covid-19 2020 lalu.

Mulanya, harga beras premium berkisar Rp 8.000 per liter, hingga kini hampir menyentuh Rp 17.000 per liter.

"Sudah lama dari sejak Corona, engga turun malah naik. Awalnya ada yang Rp 8.000 sampai Rp 9.000. Sekarang bukan malah turun malah naik," jelas dia.

Peritel Keluhkan Langkanya Beras Premium

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Roy Mandey mengatakan, peritel mulai kesulitan mendapatkan suplai beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kilogram (kg) karena adanya keterbatasan suplai.

Adapun keterbatasan suplai tak lepas dari masa panen yang diperkirakan baru akan datang pada pertengahan Maret 2024, serta belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor Pemerintah.

"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasar ritel modern (toko swalayan)," kata Roy.

Roy mengatakan, keadaan kenaikan harga beras ini terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, bahan pokok lain juga ikut mengalami hal serupa.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini