Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Indef Dradjad Wibowo merasa perlu memberikan penjelaskan menyoal narasi harga beras naik karena penyaluran bantuan sosial (bansos).
Menurutnya, narasi ini salah dan menyesatkan.
“Salah, karena bertentangan dengan teori baku,” ucap Dradjad, Senin (26/2/2024).
Baca juga: Daerah-daerah yang Siap Gelontor Beras Dengan Panen Raya, Stok Padi Bakal Surplus
“Jika bansos membuat harga beras naik, berarti bansos menggeser kurva permintaan ke kanan,” sambungnya.
Anggota Dewan Pakar TKN menyampaikan fatanya bahwa rakyat penerima bansos selama ini mengonsumsi beras dalam jumlah tertentu.
Bedanya, tanpa bansos, mereka membeli beras dari kantong sendiri.
Dengan bansos, uangnya utuh atau dibelanjakan barang dan jasa lain.
Kuantitas berasnya relatif tidak berubah banyak.
“Jadi yg bergeser akibat bansos adalah pendapatan disposable rakyat, bukan kurva permintaan beras,” urainya.
Jika permintaan beras tidak bergeser, cateris paribus, harga tidak berubah.
Dradjad menegaskan narasi itu bertentangan dengan teori.
Menyesatkan karena narasi itu tidak berbasis data.
Baca juga: Soal Kelangkaan Beras, Satgas Pangan Polri Pastikan Tak Ada Penimbunan
Faktanya, harga beras dunia memang sedang naik tinggi.