“Paling bawa Rp 200an ribu buat cadangan di tempat yang belum bisa cashless, saya lebih seneng scan atau tf (transfer), karena pengeluaran apa saja bisa ketahuan ,” kata dia.
“Apalagi saya tadi tidak rencana mau kesini, jadi tidak bawa uang banyak untuk beli anggrek,” tambah Aril.
Sementara pemilik Galeri Anggrek Zilquin, Wahyono tidak mempermasalahkan metode pembayaran yang digunakan oleh para pembeli.
“Secara pribadi saya malah seneng non tunai, karena langsung masuk rekening, semua tercatat dan lebih aman,” kata dia.
Anggrek Zilquin sendiri telah menyediakan pembayaran non tunai khususnya QRIS sejak tahun 2021.
“Dulu langsung dikasih sama Senior Executive Vice President Satuan Kerja Audit Intern BRI Bu Ina (Triswahju Herlina), saat berkunjung lihat anggrek di sini, kami kan termasuk UMKM binaan BRI,” jelas Wahyono.
Sejak saat itu, penjualan Anggrek dari segmen wisatawan diakui Wahyono makin meningkat.
“Kami itu banyak dikunjungi wisatawan yang mau ke TW (Tawangmangu) jadi mungkin mampir tapi gak bawa uang, jadi scan QRIS,” ujar bapak dua anak ini.
“Banyak yang nanya juga, bisa transfer tidak, biasanya saya arahkan ke QRIS, tinggal scan barcode aja langsung masuk uangnya,” tambah Wahyono.
Galeri Anggrek Zilquin pernah dikunjungi 8.000an orang dalam satu hari ketika pascapandemi, sehingga penggunaan QRIS sangat memudahkan pelayanan.
Menurut Wahyono, pembeli dengan umur di bawah umur 40 tahun cenderung melakukan pembayaran non tunai.
“Yang sudah tua juga ada yang pakai non tunai, terutama yang ambil banyak anggrek baik untuk dijual lagi atau koleksi.”
Penggunaan QRIS juga menambah kecepatan pelayanan dan keamanan di Galeri Zilquin.
“Kalau pas rame itu kan semakin cepet pelayanan semakin nyaman pembeli, pilih bunga, bayar langsung packing.” ujarnya.