Penggunaan transaksi non tunai diakui Wahyono membuat keuangannya lebih rapi dan lebih aman.
Pasalnya semua transaksi akan tercatat otomatis di rekening dan mencegah tindakan yang tidak diinginkan oleh karyawannya.
“Alhamdulillah karyawan sini baik-baik semua, tapi namanya mencegah kan lebih baik,” kata Wahyono sembari tersenyum.
Anggrek Zilquin sudah mampu mencatatkan penjualan ribuan bibit anggrek per bulan dengan kisaran harga di Rp50.000 hingga Rp150.000/batang.
“Mbak Titiek Soeharto itu beberapa kali ke kebun kami, keluarga Kang Emil juga pernah beli anggrek di kami,” ungkap Wahyono bangga.
Cashless jadi nilai tambah UMKM
Ekonom Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo, Suharno mengatakan adanya pembayaran non tunai bisa membuat nilai tambah bagi UMKM.
“Solo dan sekitarnya jadi tujuan wisata, akan banyak orang yang liburan yang pakai pembayaran non tunai, jika UMKM menyediakan QRIS atau EDC pasti jadi nilai tambah di mata wisatawan,” kata Suharno.
QRIS juga membantu agar transaksi terjadi secara cepat dan efisien karena jumlah tagihan dan pembayaran sudah ditentukan, tidak perlu ada selisih kembalian.
“Contoh adalah kuliner di Solo mayoritas harganya murah, misal beli dawet atau tahok, itu harganya 8 ribuan, kalau scan kan cepet, kalau pakai yang tunai ada kemungkinan mencari pecahan uang yang pas dulu dan sebagainya,” kata Suharno yang menulis buku 91 Tips UMKM Naik Kelas ini.
Hal itu berlaku juga untuk transaksi dengan nilai yang besar.
"Misal di kerajinan logam di Cepogo yang harganya bisa jutaan, kalau langsung QRIS kan pembeli aman tidak usah bawa uang banyak, penjual juga uangnya masuk rekening langsung," jelas Suharno.
Selain itu, kata Suharno, transaksi non tunai bisa membuat UMKM mengatur keuangannya menjadi lebih tertata dan terdata.
BRI dukung UMKM sediakan pembayaran non tunai