"Inggris merupakan salah satu negara pertama di Eropa yang menerapkan sistem ekonomi Islam dan juga sebagai pusat keuangan Islam di barat meskipun bukan sebagai negara mayoritas muslim. Dan yang terpenting, kami harap mahasiswa yang hadir juga dapat ikut berpartisipasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah,” ujar Bondan Margono.
Bondan Margono juga menyampaikan komitmen perusahaan untuk mendorong pertumbuhan industri asuransi syariah di Indonesia diwujudkan dalam tiga strategi utama, yaitu inovasi, kolaborasi, dan digitalisasi.
Untuk mempercepat literasi keuangan syariah Indonesia perusahaan meluncurkan Sharia Knowledge Center (SKC) pada September 2022 untuk menjadi medium kolaborasi seputar ekonomi dan keuangan Syariah yang berlandaskan pada empat pilar, yaitu, pilar informasi, literasi, inovasi, dan kolaborasi.
Dalam pemaparan juga dijelaskan perbedaan antara Indonesia dan Inggris jika dilihat dari lanskap syariah. Indonesia dan Inggris memiliki perbedaan dalam implementasinya.
Di Indonesia, industri asuransi diatur dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta didukung oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), sedangkan di Inggris, sistem regulasi diatur oleh Financial Conduct Authority (FCA).
Konsumen di Indonesia lebih didominasi oleh Muslim yang didorong oleh prinsip agama dan keinginan untuk solusi keuangan yang sesuai dengan syariah.
Sementara di Inggris, konsumen berasal dari Muslim maupun non-Muslim yang cenderung mencari produk keuangan bertanggung jawab secara sosial.
Dari segi potensi, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dengan 86% dari total populasi beragama Islam memiliki potensi besar untuk keuangan syariah dibandingkan Inggris.
Kegiatan kuliah umum ini turut dihadiri Gunawan Yasni, Bendahara Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), Jon Guy, Secretary-General, The Islamic Insurance Association of London (IIAL), dan Erwin Noekman, Direktur Eksekutif, Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI).