TRIBUNNEWS.COM, JERMAN - Sektor industri merupakan salah satu kontributor besar penghasil emisi.
Karenanya, kebijakan transisi energi Indonesia dalam mengurangi emisi di sektor industri harus dilaksanakan dengan mengutamakan sumber energi dan teknologi rendah karbon.
Kementerian Perindustrian terus mendorong transformasi ekonomi linier menjadi ekonomi sirkular pada sektor manufaktur.
Selain itu, penting untuk menjaga kesinambungan sumber daya, regenerasi sumber bahan baku, dan menggali potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan.
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang: Hannover Messe 2024 Jadi Momen Penting Kenalkan Potensi Ekonomi RI ke Dunia
Dalam memperluas praktik ekonomi sirkular, salah satu fokusnya adalah pemanfaatan sisa konsumsi bahan baku industri.
“Ketika orang lain melihat residu sebagai gangguan atau tantangan, kami melihatnya sebagai peluang. Oleh karena itu, salah satu fokus kami adalah mengurangi kesenjangan antara kapasitas industri daur ulang dan sampah plastik daur ulang,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di sela penyelenggaraan pameran teknologi industri Hannover Messe 2024 di Hannover Fairground, Jerman, Senin (22/4/2024) waktu setempat.
Dalam upaya mengurangi emisi industri dan mendukung transisi menuju industri yang lebih berkelanjutan, salah satu langkah strategis yang diambil adalah penerapan kebijakan yang mengutamakan sumber energi dan teknologi rendah karbon.
Indonesia membahas upaya tersebut dalam Business Forum "Forging Smart & Sustainable Industry" yang merupakan rangkaian partisipasi di Hannover Messe 2024.
Forum Bisnis tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Kemenperin dengan Energy Academy Indonesia (ECADIN) yang dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan industri, pemerintah, akademisi, dan masyarakat umum.
CEO & Founder ECADIN Desti Alkano menjelaskan, misi dari kolaborasi dengan Kemenperin tersebut adalah menciptakan masa depan lebih hijau dengan mempercepat transisi energi, serta mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang dilakukan melalui advokasi dan menghubungkan keahlian, pengetahuan, aktivitas bisnis, serta sarana pendanaan.
Kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat penting untuk mendorong transisi menuju pembangunan industri berkelanjutan.
Dalam hal ini, pemerintah berperan menciptakan lingkungan kebijakan yang kondusif, memberikan insentif untuk investasi berkelanjutan, dan memfasilitasi inisiatif berbagi pengetahuan dan peningkatan kapasitas.
Sementara itu, dunia usaha menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan, mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam model bisnis mereka, dan secara aktif mencari kemitraan untuk mendorong inovasi dan meningkatkan dampak.
Pada Opening Paviliun Indonesia di Hannover Messe 2024, dilaksanakan juga penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang disaksikan langsung oleh Menperin.
Kesepakatan dengan nilai investasi lebih dari Rp5 triliun tersebut merupakan investasi kerjasama di sektor daur ulang limbah untuk kawasan industri di Kepulauan Riau.
Selain itu juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara Ecadin dengan TUV Nord, PT Stechoq Robotika dengan Beckhoff untuk pengembangan learning system dan medical grade ventilator, antara PT Stechoq Robotika Indonesia dengan Noyatech untuk pengembangan produk pembelajaran, monitoring production, dan terakhir ATMI IGI Center dengan Solinatra BV.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eniya Listiani Dewi menyampaikan Inaugural Speech.
Dalam paparannya, Eniya menyampaikan bahwa saat ini pemerintah sedang mempersiapkan peta jalan net zero emisi Indonesia tahun 2060, dengan sedikit pembaruan pada target pengurangan emisi.
“Penurunan emisi ditargetkan mencapai hampir 129.000 juta ton CO2 pada tahun 2060,” ujarnya.
Duta Besar Indonesia untuk Republik Jerman Arif Havas Oegroseno memaparkan, Indonesia dan Jerman memiliki hubungan yang erat dalam berbagai bidang, termasuk dalam upaya mengatasi perubahan iklim.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, juga memiliki tanggung jawab besar dalam upaya untuk mengurangi emisi karbon.
“Indonesia adalah anggota dari apa yang mereka sebut sebagai ‘The Climate Club’. Di Climate Club, Indonesia menyampaikan pentingnya upaya mengurangi emisi untuk mewujudkan industri hijau,” jelas Dubes Arif.
Para pembicara dan panelis terkemuka dalam industri dan keberlanjutan memberikan wawasan tentang teknologi terbaru, kebijakan, dan praktik terbaik yang dapat membantu industri dalam mencapai target emisi rendah dalam lima tema diskusi, antara lain Forging and Smart Sustainable Industry, Women in Industry 4.0, How Digital Twins are Driving Sustainable Business, Fuels of the Future, dan Decarbonizing Industry Through Carbon Capture and Storage.