“Solo, Karanganyar, Klaten sekarang sudah jadi tujuan wisata, akan banyak orang yang liburan yang pakai pembayaran non-tunai, jika UMKM menyediakan QRIS atau EDC pasti jadi nilai tambah di mata wisatawan dan menambah laba bagi pedagang,” kata Suharno ketika berbincang dengan Tribunnews.com, akhir Maret 2024.
QRIS juga membantu agar transaksi terjadi secara cepat dan efisien karena jumlah tagihan dan pembayaran sudah ditentukan, tidak perlu ada selisih kembalian.
“Contoh beli makanan harganya 8 ribuan, kalau scan kan cepet, kalau pakai yang tunai ada kemungkinan mencari pecahan uang yang pas dulu dan sebagainya,” kata Suharno yang menulis buku 91 Tips UMKM Naik Kelas ini.
Hal itu berlaku juga untuk transaksi dengan nilai yang besar.
"Misal beli di kerajinan yang harganya bisa jutaan, kalau langsung QRIS kan pembeli aman tidak usah bawa uang banyak, penjual juga uangnya masuk rekening langsung," jelas Suharno.
Selain itu, kata Suharno, transaksi non-tunai bisa membuat UMKM mengatur keuangannya menjadi lebih tertata dan terdata.
BRI dukung UMKM untuk adaptasi perkembangan zaman
Regional CEO RO BRI Yogyakarta, John Sarjono mengatakan BRI mendukung UMKM naik kelas dalam penyediaan akses pembayaran digital baik melalui alat transaksi EDC (Electronic Data Capture) maupun QRIS (Quick Response Code Standar Indonesia).
Pada lingkup wilayah kelolaan BRI Regional Office Yogyakarta, pada 2022 sejumlah 9.282 merchant telah menggunakan EDC BRI dan 209.285 merchant telah menggunakan alat transaksi QRIS BRI.
Kemudian pada 2023 sejumlah 10.296 merchant telah menggunakan EDC BRI dan 245.053 merchant telah menggunakan alat QRIS.
Di Februari 2024, jumlah UMKM pengguna EDC BRI telah mencapai 11.309 UMKM dan pengguna QRIS sebanyak 264.456 UMKM.
Adapun dari nilai transaksi penggunaan QRIS makin meningkat dari tahun ke tahun.
“QRIS di 2022 sebesar Rp 315 juta dan ditutup dengan peningkatan hingga Rp1,7 T di Tahun 2023,” kata John Sarjono melalui keterangan tertulisnya.(*)