Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah berencana mengenakan bea masuk impor sebesar 200 persen pada produk impor asal China. Ekonom pun mengingatkan bagiamana RI masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap Negeri Tirai Bambu.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti mengatakan, jika ingin mengenakan tarif yang lebih mahal untuk produk impor asal China, lebih baik jangan pada bahan bakunya, melainkan produk jadinya.
"Kalau bahan baku yang impor dari China itu jangan dikasih lebih mahal tarifnya gitu, tetapi kalau produk jadi boleh. Itu karena ketergantungan kita terhadap China relatif tinggi," katanya kepada Tribunnews, dikutip Rabu (3/7/2024).
Baca juga: Kebijakan Bea Masuk Barang 200 Persen, Anggota Komisi VI: Harus Dibarengi Penegakkan Hukum
Esther mengatakan, jika Indonesia ingin mengenakan bea masuk yang tinggi bagi produk China, RI harus siap-siap menerima balasan dari negara pimpinan Xi Jinping tersebut.
Menurut dia, saling membalas ini terjadi pada Amerika Serikat vs China. Presiden AS kala itu, Donald Trump, mengenakan tarif tinggi untuk produk China. Kemudian, langsung dibalas oleh China. Esther tak ingin ini terjadi juga dengan Indonesia, mengingat ketergantungan kita yang masih tinggi kepada negara tersebut.
Nantinya jika perang dagang terjadi antara Indonesia dan China, ada kemungkinan RI digugat di World Trade Organization.
Lebih lanjut, ia merasa bahwa jika Indonesia ingin mengenakan bea masuk yang tinggi terhadap produk impor dari China, harus dibarengi dengan upaya menguatkan industri dalam negeri.
"Kita juga harus mempersiapkan industri substitusi impor gitu. Jadi jangan langsung kita hantam, kita halau impor dari China, tetapi kita tidak bisa menguatkan industri domestik kita," ujar Esther.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada pemerintah agar disiapkan sedemikian rupa rencana ini, jangan asal melontarkan rencana.
"Kita siapkan senjatanya ketika kita hantam dengan ini, China kira-kira melakukan apa gitu, nah kita negosiasi. Kita harus jago di sini jangan sampai digugat di WTO, kalah gitu, kan percuma. Tingkat ketergantungan Indonesia ke China ini tinggi sekali ya, jadi ya ngga asal ngomong lah," pungkas Esther.
Rencana pemerintah mengenakan bea masuk impor sebesar 200 persen pada produk impor asal China mulanya dilontarkan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Kebijakan ini dalam rangka menyikapi perang dagang antara China dan Amerika Serikat AS.
Sejumlah produk impor yang akan dikenakan bea masuk tinggi di antaranya pakaian, baja, dan tekstil.