TRIBUNNEWS.COM - Pemanasan global dan perubahan iklim menjadi isu penting bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
Emisi karbon yang menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi penyebab pemanasan global hingga memicu perubahan iklim.
Transisi energi menjadi upaya penting untuk mengatasi perubahan iklim. Transisi energi sendiri merupakan upaya beralih dari penggunaan energi fosil ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
Dengan melakukan transisi energi, berarti turut serta mencegah krisis iklim bertambah parah sekaligus membangun masa depan yang berkelanjutan.
Sebagai perusahaan energi nasional, PT Pertamina (Persero) berkomitmen mendukung upaya transisi energi Indonesia. Salah satunya dengan menghadirkan Green Energi Station (GES) atau SPBU Hijau di beberapa area di Indonesia.
Inovasi itu dibuat untuk mendukung program transisi energi dan operasional yang lebih ramah lingkungan.
GES memiliki layanan terintegrasi bagi masyarakat sebagai konsumen di SPBU Pertamina dengan empat konsep utama yakni Green, Future, Digital, dan High Tier Fuel.
Berbeda dengan SPBU pada umumnya, GES menggunakan pembangkit listrik tenaga surya atau solar photovoltaic sebagai salah satu sumber energi mandiri dan ramah lingkungan.
GES sudah banyak digunakan di Solo Raya, di antaranya SPBU 4457124 Balapan Solo dan SPBU 4157301 Teras Boyolali.
Tekan Biaya Listrik
Pemanfaatan panel surya ini berefek positif karena bisa menghemat tagihan listrik SPBU.
Manajer SPBU Balapan, Wahyu Putra Jatmiko, menuturkan pihaknya bisa menghemat biaya tagihan listrik hingga Rp1,5 juta per bulannya.
"Kita menggunakan Solar PV 10 Kwp yang ketika di situasi matahari tidak tertutup oleh awan, kita bisa menghemat tagihan listrik Rp1-1,5 juta per bulan, namun jika musim hujan kita menghemat sekitar Rp 700-900 ribu," ucap Wahyu saat ditemui pada Jumat (16/8/2024).
SPBU tersebut memiliki panel surya yang terpasang di atap kantor sejak tahun 2022.
Nantinya, energi listrik yang ditangkap panel surya akan langsung diubah menjadi arus listrik untuk membantu operasional SPBU sehari-harinya.
Ia mengatakan, pemasangan instalansi panel surya di SPBU Balapan menggandengan PT Pertamina Power Indonesia (PT PPI).
Perawatannya, diklaim Wahyu, cukup mudah. Panel surya hanya butuh dilap menggunakan kain untuk membersihkan kotoran seperti debu dan lumut yang dapat mengurangi kemampuan penyerapan sinar matahari.
Upaya serupa juga dilakukan oleh SPBU Teras.
Business Unite Head SPBU Teras, Priyo Setiawan, mengatakan pihaknya telah menggunakan tenaga surya untuk meng-cover 30-40 persen kebutuhan listrik.
"Panel surya itu berguna untuk membantu beberapa penerangan di SPBU kami seperti lampu jalan dan kantor," kata Priyo saat ditemui, Kamis (22/8/2024).
Ia mengaku bisa menghemat biaya tagihan listrik hingga Rp5 juta per bulannya.
"Itu membantu efisiensi biaya operasional. Tagihan listrik kita yang biasanya Rp 15-16 juta sekarang bisa hanya jadi Rp 11-12 juta saja," ungkapnya.
Tawarkan BBM Ramah Lingkungan
Selain memanfaatkan panel surya, GES juga mendukung penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang ramah lingkungan seperti Pertamax Series dan Dex Series.
Selain lebih bagus untuk performa mesin, Pertamax Series dan Dex Series juga meminimalsir emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan.
Pertamina sendiri saat ini mulai menjual produk barunya yang merupakan BBM ramah lingkungan yakni Pertamax Green 95.
Pertamax Green 95 adalah bahan bakar nabati untuk kendaraan bensin pertama di Indonesia.
BBM yang satu ini merupakan gabungan bensin dan bioethanol 5 persen yang berasal dari molase tebu.
Pertamax Green 95 memiliki oktan 95 dan komposisi bahan bakar yang berbeda dari Pertamax biasa, yang memiliki oktan 92.
Namun, hingga saat ini distribusi Pertamax Green 95 masih terbatas di area Jabodetabek dan Jawa Timur.
Terkait hal itu, Wahyu berharap area distribusi Pertamax Green 95 semakin diperluas, termasuk di Jawa Tengah.
Ikut Andil dalam Upaya Transisi Energi
Manfaat lain yang dirasakan Wahyu terkait penerapan GES adalah branding SPBU Balapan yang sudah eco green.
"Harapannya kita bisa menjadi salah satu stakeholder yang mendukung untuk mengurangi polusi. Dengan produk yang kita jual, dengan penggunaan panel surya yang memberikan efisiensi penggunaan listrik, kita berupaya dan berpartisipasi sebagai unit usaha yang ramah lingkungan," ucapnya.
Wahyu juga menjelaskan penerapan GES juga menjadi upaya menyiapkan SPBU yang dikelolanya untuk menjadi stasiun pengisian bahan bakar listrik di masa depan.
Diketahui, sejumlah GES telah menawarkan layanan baru berupa Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) atau Charging Station dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) atau Battery Swapping Station (BSS). Namun, layanan tersebut masih terbatas di sejumlah SPBU di area Jabodetabek.
Harapan yang sama juga diungkapkan oleh Priyo. Ia ingin SPBU yang dikelolanya bisa memanfaatkan energi surya untuk meng-cover lebih banyak kebutuhan listrik hingga lebih dari 80 persen.
Ia juga berharap tersedianya bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dengan harga yang tetap terjangkau.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), Brasto Galih Nugroho, mengungkapkan kehadiran GES merupakan salah satu wujud komitmen Pertamina dalam mengimplementasikan aspek Environmental, Social, Governance (ESG) dalam kegiatan usahanya.
"Sebagai perusahaan di bidang energi, Pertamina akan senantiasa berupaya untuk terus menghadirkan perbaikan dan nilai tambah secara berkelanjutan, utamanya pada aspek ESG di setiap aktivitas usahanya," terangnya. (*)