News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Suku Bunga Tinggi di Tingkat Global Diprediksi Masih Menjadi Tantangan Sektor Keuangan Tahun 2024

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Pada tahun 2024, sektor keuangan tengah menghadapi tantangan seiring dengan tren era suku bunga tinggi di tingkat global yang diperkirakan masih akan berlanjut.

“Seperti yang kita ketahui bersama, pada masa COVID-19 beberapa waktu lalu, kami di dunia properti juga terkena imbasnya. Dengan adanya beragam insentif yang dikeluarkan, teman-teman kembali bisa jualan karena pembeli tertarik dengan beragam insentif dan kebijakan dari pemerintah. Namun, minat pembeli kini mulai turun kembali lagi karena di luar propertinya dan faktor micro,” terang Hari Ganie.

Hari Ganie juga mengungkapkan apa saja yang menjadi tantangan dan peluang di dunia Perumahan Komersil.

“Saya rasa kedepan masih banyak tantangan dan peluang bagi kami para pelaku perumahan komersil di masa yang akan datang. Peluang dan tantangannya antara lain, adanya kebijakan PPN OTP yang memberikan dorongan realisasi properti rumah tapak (KPR)dan rumah susun komersial (KPA) pada akhir tahun 2023 dan awal tahun 2024. Lalu adanya penyerapan PPN DTP sebesar 50 persen selama Juli-Agustus 2024 yang terkendala sistem aplikasi SiKumbang yang memiliki banyaknya persyaratan,” ujar Hari Gani.

Pada tahun 2024 ini, sektor keuangan tengah menghadapi tantangan seiring dengan tren era suku bunga tinggi di tingkat global yang diperkirakan masih akan berlanjut.

Diketahui bahwa The Fed pada 1 Mei 2024 masih mempertahankan tingkat Fed Fund Rate (FFR) pada level 5,25-5,5 persen. Suku bunga dan kebijakan The Fed ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan moneter sampai dengan akhir tahun.

Selain itu juga tantangan muncul dari adanya konflik geopolitik menyebabkan harga komoditas salah satunya minyak mentah melonjak serta menyebabkan rantai pasok global terganggu, yang akhirnya menimbulkan tingginya angka inflasi di berbagai negara, baik negara berkembang maupun maju. Dampak ini tentu akan berpengaruh bukan hanya pada sektor jasa keuangan namun juga berdampak pada dunia bisnis khususnya bagi Indonesia.

Diketahui bahwa Bank Indonesia menaikkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%.

Kenaikan suku bunga ini menurut BI untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.

Dampak kenaikan suku bunga akan dirasakan oleh sejumlah dunia usaha atau korporasi ke depannya.

Bagi dunia usaha kenaikan suku bunga acuan mempunyai implikasi makin mahalnya biaya dana bagi modal kerja perusahaan, investasi baru perusahaan maupun pengembangan investasi yang sudah ada.

Diketahui bahwa persentase impor berdasar golongan penggunaan barang tercatat bahwa terdapat 72,47?han baku/penolong impor tercatat BPS periode Januari-Februari 2024.  

Kebijakan kenaikan suku bunga ini dinilai belum efektif karena nilai tukar rupiah telah menyentuh direntang 16.154 per 1 U.S. Dollar.

Dengan kenaikan suku bunga dari BI ini memunculkan beberapa tindakan antisipasi dari sektor dunia usaha, salah satunya adalah dari sektor keuangan yang menaikkan suku bunga, baik suku bunga dana maupun sudah pasti suku bunga kredit.

Dari sisi industry property juga akan mengalami sedikit tekanan, pasalnya kebijakan pembatasan pembelian properti dengan menaikkan uang muka merupakan sinyal agar bank-bank mengerem laju ekspansi Karena daya beli masyarakat juga akan tertahan karena suku bunga tinggi.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini