TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto harus serius mengatasi merosotnya daya beli masyarakat yang semakin tajam belakangan ini, ditandai dengan deflasi yang terus-menerus terjadi di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru.
Ketua Umum BPP Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapensi) Andi Rukman Karumpa mengatakan deflasi yang terjadi saat ini mencerminkan penurunan daya beli masyarakat.
Ekonomi di sektor riil lesu. Kondisi demikian harus segera diatasi. "Penurunan daya beli masyarakat menjadi faktor utama dari deflasi yang berkepanjangan ini," ujarnya di Jakarta, Kamis, 3 Oktober 2024.
Dia mengatakan, pengusaha di sektor konstruksi dapat berperan aktif dan dapat menjadi solusi untuk mendongkrak daya beli masyarakat.
Andi menekankan pentingnya keterlibatan kontraktor lokal di bawah naungan Gapensi dalam menciptakan lapangan kerja di masyarakat untuk menggerakkan lagi perekonomian di daerah.
"Keterlibatan kami tidak hanya akan memberikan pekerjaan, tetapi juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah," ujarnya.
Ia menyebut, sektor konstruksi memiliki efek berganda dalam menciptakan lapangan kerja dan mendukung daya beli masyarakat.
"Dengan meningkatkan investasi di sektor ini, kita bisa memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat secara keseluruhan," katanya.
Deflasi Bulan September Lebih Dalam
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, deflasi bulan ini lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yakni 0,03 persen.
"Deflasi pada bulan September 2024 ini terlihat lebih dalam dibandingkan bulan Agustus 2024 dan ini
merupakan deflasi kelima pada tahun 2024 secara bulanan," kata Amalia.
Amalia menyatakan, kelompok penyumbang deflasi bulanan ini terbesar dari makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,59 persen dengan andil 0,17 persen.
Selain itu, komoditas yang memberikan andil inflasi yakni ikan segar 0,02 persen, kopi bubuk sebesar 0,02 persen.
Kemudian, biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi, tarif angkutan udara dan sigaret kretek mesin (SKM) yang memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen.
Amalia bilang, deflasi sebesar 0,12 persen ini didorong oleh komponen harga bergejolak yang mengalami deflasi sebesar 1,34 persen. Komponen ini memberikan andil deflasi sebesar 0,21 persen.