Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini bisa naik sebanyak 2 persen didorong oleh penerapan hilirisasi pada 28 komoditas dengan total investasi senilai 618 miliar dolar Amerika Serikat (AS) sampai dengan 2040.
"Kalau ini mampu kita eksekusi, minimal pertumbuhan ekonomi kita tambah 2 persen," kata Bahlil dalam acara Repnas Nasional Conference and Awarding Night, Senin (14/10/2024).
Menurutnya, hilirisasi ini menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal ini sejalan dengan perintah presiden terpilih Prabowo Subianto untuk menjalankan hilirisasi pada 28 komoditas yang tergabung dalam sektor mineral dan batubara, minyak bumi dan gas, perkebunan, kelautan, perikanan dan kehutanan.
Baca juga: Menteri Teten Tegaskan soal Hilirisasi Rempah Tidak Diekspor Mentah
"Inilah yang menjadi perintah Bapak Prabowo kepada kami agar ini bisa dieksekusi sebagai mesin pertumbuhan. Karena tidak akan mungkin teman-teman pendapatan per kapita kita sekarang 5.300 USD. Kita targetkan 2029 dengan pendapatan per kapita di atas 10.000 USD," terangnya.
Bahlil mengatakan, Indonesia memiliki keunggulan dari bahan baku yang melimpah sehingga untuk menciptakan hilirisasi perlu adanya industri yang bisa menyulap komoditas tersebut dapat bernilai tambah tinggi.
Namun, strategi itu nyatanya tidak disambut baik oleh asing. Dia menyontohkan bahwa pemerintah mendapati beragam tantangan ketika muncul kebijakan untuk menyetop ekspor Nikel Ore.
"Strateginya pun kita sudah buat. Saya mengambil contoh kecil, contoh kecil, nikel, dari sektor minerba. Tahun 2017-2018 ekspor nikel kita, itu hanya mencapai 3,3 miliar USD," ucap Bahlil.
"Begitu kita menyetop ekspor or nikel, apa yang terjadi, Bapak-Ibu semua, kita mendapat tantangan dari mana-mana. Saya waktu itu merasakan betul ketika menjadi Menteri Investasi," imbuhnya menegaskan.
Meski begitu Bahlil menegaskan bahwa kedepan pemerintah bakal menitikberatkan pada kedaulatan energi dengan mengelola sumber daya alam di dalam negeri.
Sebab menurutnya, negara-negara asing itu sudah memiliki kecanduan terhadap Indonesia untuk mengekspor bahan baku material dari dalam negeri.
"Saya kebetulan menganut Mazhab kedaulatan harus kita lakukan berdiri di kaki sendiri untuk mengelola sumber dalam kita. Itu Mazhab saya," jelasnya.