News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Seberapa Jauh Duel Donald Trump Vs Harris di Pilpres AS Berdampak ke Perekonomian Indonesia?

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani.

Sebaliknya, bila Harris menang, mungkin Indonesia akan lebih berkesempatan ntk mengekspor komponen baterai kendaraan listrik dan menjadi bagian dari rantai pasok kendaraan listrik dan semikonduktor AS.

Baca juga: Harga Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi 75,000 Dolar karena Donald Trump Diyakini Menang di Pilpres AS


Namun, perlu diperhatikan juga bahwa Harris kemungkinan akan semakin menekankan kepada Indonesia untuk mengadopsi standar-standar tata kelola internasional yang baik seperti sustainable mining practices, good regulatory practices, labour practices, dan lain-lain.

Karena itu, Indonesia harus jeli melihat konteks dan karakter kepemimpinan masing-masing Capres AS. Sebab, tidak ada satu pun kebijakan luar negeri dan kebijakan ekonomi para Capres AS ini yang akan secara otomatis menguntungkan Indonesia.

Sama halnya dengan restriksi perdagangan. Trump dan Harris memiliki agenda ekonomi yg sama-sama bisa menjadi restriksi bagi Indonesia.

Donald Trump pada kepemimpinannya bisa dengan mudah “merestriksi” atau lebih tepatnya mencari celah untuk mencegah produk Indonesia masuk ke AS bila dirasa surplus Indonesia terhadap AS terlalu besar. 

Poster sambutan kemenangan untuk Donald Trump di negara bagian Pennsylvania di Pemilihan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 5 November 2024. (Politico)


Trump juga dengan mudah menghalang atau melarang impor produk tertentu karena alasan national security seperti yang terjadi pada kasus impor besi-baja di AS yg dihentikan oleh Trump di awal perang dagang. 

Di era Joe Biden pun sama, kata Shinta. Banyak kebijakan perdagangan era Trump yang diteruskan oleh Joe Biden.

Bahkan, kemudian diperluas untuk komoditas tertentu seperti EV melalui kebijakan IRA agar industri-industri yang ditargetkan oleh AS tertarik untuk kembali berinvestasi di AS.

"Jadi tidak ada yang lebih mudah, semuanya tergantung pada respon kebijakan Indonesia sendiri dalam hal meningkatkan daya saing investasi dan ekspor Indonesia ke pasar AS," kata Shinta.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini