TRIBUNNEWS.COM - Blangkon, yang merupakan penutup kepala tradisional Jawa, memiliki nilai budaya yang tinggi dan menjadi pelengkap yang tak terpisahkan dalam acara adat serta kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
Saking sakralnya blangkon untuk adat Jawa, ada satu wilayah di Kota Surakarta (Solo) yang dijuluki Kampung Blangkon.
Kampung yang terletak di Kecamatan Serengan, Kota Solo, telah dikenal luas sebagai pusat industri pembuatan blangkon, salah satu elemen penting dalam pakaian adat Jawa.
Sebagai sentra pembuatan blangkon di Solo, hampir seluruh warganya terlibat dalam pembuatan blangkon, menjadikan kawasan ini sebagai sentra industri yang menghasilkan ribuan blangkon setiap harinya.
Salah satu perajin yang aktif di kampung ini adalah Latif Nur Hadi (58), yang sudah sejak tahun 2016 menggeluti usaha pembuatan blangkon di kediamannya.
Latif, yang merupakan salah satu dari sekian banyak perajin di Kelurahan Serengan, mengungkapkan bahwa dalam sehari dirinya dapat memproduksi sekitar enam sampai delapan kodi blangkon, setara dengan 70 hingga 160 blangkon.
“Paling sedikit saya buat enam kodi sehari, dan biasanya saya jual produk-produk ini hanya di sekitar sini, lewat WhatsApp, karena saya tidak punya mobil untuk berkeliling,” terang Latif di kediamannya Serengan, Selasa (04/12/2024).
Menjadi Perajin Blangkon Solo Secara Otodidak
Latif memulai usahanya secara otodidak pada awal tahun 2016.
Proses pembuatan blangkon sendiri memerlukan ketelitian dan keterampilan khusus.
Latif tidak bekerja sendirian, ia dibantu oleh empat pemuda yang juga berperan dalam merakit bahan-bahan seperti kain, kertas putih, kertas karton, dan lem perekat menjadi blangkon yang siap jual.
Setiap satu blangkon memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk diproduksi.
"Satu blangkon paling lama butuh sekitar seperempat jam," kata Latif menjelaskan proses pembuatan produk kerajinan tangan khas Solo ini.
Pasar Blangkon Solo: Dari Pasar Klewer ke Pesanan Langsung