"Di Jawa Timur (DBD) yang meninggal sudah puluhan orang. Jangan sampai Solo nanti terjadi DBD ada, virrus corona ada. Sehingga kita mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat," tutur dia.
3. Sampai Pagi
Sejak ditetapkannya KLB, Rudy menyatakan pelayanan pemerintah yang biasanya sehari hanya delapan jam, ini bisa sampai pagi.
Bahkan, sejak adanya satu pasien positif corona yang dirawat isolasi RSUD Dr Moewardi Surakarta meninggal, pihaknya terus melakukan tracking terhadap warga yang kontak dekat dengan pasien.
"Hari ini kita melakukan tracking lagi bagi warga yang sudah pernah kontak langsung dengan pasien positif corona. Tracking kita lakukan di beberapa tempat karena pulang dari Bogor sudah melakukan kegiatan arisan di salah satu rumah makan," terang dia.
4. Siap Jadi Korban
Masih dari Kompas.com, pria yang akrab disapa Rudy itu berani menetapkan status KLB di Kota Surakarta meski belum berkoordinasi dengan pemerintah pusat.
Rudy tak ambil pusing dengan hal itu. Ia rela dicibir atau disalahkan karena tak berkoordinasi.
Wali Kota Surakarta itu tak mau virus corona menyerah lebih banyak warga Solo.
"Tidak perlu (berkoordinasi). Kita mengambil kebijakan sendiri. Perkara saya disalahkan, kalau yang menyalahkan orang waras ora opo-opo (tidak apa-apa). Kalau disalahkan orang yang sakit kan akan menjadikan kita sakit," kata Rudy di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (14/3/2020).
Penetapan KLB kata Rudy, merupakan tindakan pencegahan yang diambil karena banyak korban meninggal akibat virus corona di seluruh dunia.
"Saya tidak mau hanya menuruti sekelompok orang tapi mengorbankan 560.000 jiwa, iya jangan. Ini yang menjadi pertimbangan saya berani memutuskan untuk KLB itu," jelas Rudy.
Rudy ingin mengutamakan kepentingan masyarakat.
"Pokoknya saya itu kalau untuk kepentingan rakyat itu siap jadi korban. Gitu aja," kata Rudy.