"Pada dasarnya manusia memang tidak boleh kontak langsung dengan bahan kimia yang terkandung di cairan tersebut," ujar Budiawan.
Namun menurut Budiawan, untuk membunuh mikroorganisme atau virus, penggunaan disinfektan tetap perlu dilakukan.
"Tetapi penggunaan disinfektan tetap perlu karena memang disinfektan ini untuk membunuh mikroorganisme atau katakanlah virus yang ada di permukaan keras, misalnya pipa, tas, bahkan dalam pakaian atau baju," terangnya.
Ia menjelaskan cairan disifektan sebenarnya digunakan untuk membasmi virus pada permukaan benda mati, bukan untuk manusia.
WHO juga merekomendasikan hal serupa.
Meski demikian, soal bilik disinfektan ini terdapat perbedaan pendapat.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani mengklaim bilik disinfektan yang disediakan Pemkot aman untuk kesehatan.
Risma memastikan, cairan tersebut tidak mengandung klor dan aman digunakan.
Ia memaparkan, ada dua macam disinfektan yang dipakai.
Cairan yang digunakan di bilik, aman bagi manusia.
Sedangkan cairan lainnya, biasa digunakan untuk menyemprot benda-benda mati oleh petugas.
"Kita sudah konsultasi dengan Departemen Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, guru besar Bu Ratna kepala departemennya, beliau menyampaikan cairan disinfektan kita aman," kata Risma, seperti dilansir Tribun Jati
2. Pakai APD Medis di Tempat Umum
Beberapa waktu lalu, sempat viral dua orang yang berbelanja tetapi mengenakan alat pelindung diri (APD) di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta.