Dan ini menurutnya dilakukan tidak hanya di pusat melainkan juga menyentuh tingkat provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, kelurahan, desa, bahkan sampai RT dan RW.
“Gotong royong merupakan nilai-nilai Pancasila. Pemerintah perlu membangkitkan budaya gotong royong ini. Berilah contoh dan model, libatkan banyak komunitas terutama di lingkungan seperti ibu-ibu PKK atau karang taruna, bangun nilai-nilai kegotongroyongan dan kemanusiaan sehingga tercipta keadilan," katanya.
"Bukan hanya rakyat kecil namun seperti Komunitas Pengusaha, Komunitas Olahraga, Komunitas Pramuka, Komunitas Dokter, Komunitas Akuntan, Komunitas Pengacara, Komunitas Psikolog, Komunitas Guru, Komunitas Jurnalis, dan sebagainya,” tegasnya dengan optimis.
Menurut Zahri, darurat gotong royong ini dapat menyelesaikan problem kemanusiaan.
Ia berharap, gotong royong berbasis komunitas ini menjadi satu langkah nyata menangani berbagai dampak akibat pandemi korona.
“Bidang garapannya, pertama pencegahan Covid-19 dengan berbagai ikhtiar sesuai keahlian komunitas. Jika komunitas guru, maka bergerak memerangi pandemi dengan edukasi yang efektif kepada semua lapisan masyarakat, misalnya melalui media sosial," katanya.
Dikatakan para ulama bisa dengan memberikan nasihat keagamaan, untuk aparat tentu menegakkan kebijakan.
"Orang kaya menyediakan kebutuhan masker, hand sanitizer, sembako dan lain sebagainya. Begitu juga bagi komunitas lainnya, semua bergerak secara gotong royong. Bidang garapnya sesuai spesifikasi komunitas tersebut," katanya.
Kedua, lanjut Zahri, penangan kerawanan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga terdampak. Hal ini menjadi darurat karena mereka punya keluarga.
"Dampak pandemi Covid-19 mempengaruhi bidang ekonomi dan sosial masyarakat," katanya.
Ketiga, menurut Zahri, kerawanan ekses sosial karena pekerja harian yang sepi, karyawan harian yang dirumahkan, termasuk biaya-biaya hidup rutin seperti pembayaran listrik, pembayaran PDAM, iuran RT, dan lain-lain.