Sampai pada akhirnya Maret lalu dia memeriksakan diri dan langsung dirawat inap.
Saat itu, Nuria hanya mengeluhkan demam dan pusing saja.
Joko mengatakan, selama empat hari istrinya dirawat di ruang perawatan biasa.
Saat ditanya terkait darimana Nuria tertular virus itu, Joko mengaku tidak tahu pasti.
"Jadi awal itu sebenarnya kurang tahu juga yang didapat di ruang perawatan ataukah saat di emergency."
"Yang jelas secara pasti saya kurang tahu kalau dapatnya (tertular Covid-19) dari mana," ungkapnya.
Setelah itu istrinya mengalami kesulitan bernapas sehingga langsung dilarikan ke ruang isolasi.
Di sana almarhum dibawa ke isolasi UGD, kemudian diperiksa, diswab, difoto rontgen, dan diambil darahnya, menurut keterangan Joko.
Dokter mencurigai Nuria terjangkit Covid-19.
"Istri udah mulai sesak napas dikasih oksigen, kemudian malam itu juga ditempatkan di ruang isolasi, selang sehari semalam di pindahkan ke ruang ICU," jelas Joko.
Sejak masuk ke ruang isolasi, Joko tidak bisa menemui istrinya itu.
Bahkan dia juga harus menjauh dari anak-anaknya hingga hasil tes swab menunjukkan negatif Covid-19.
Hingga pada akhirnya Nuria menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis (9/4/2020) lalu.
Namun dalam perjalanannya menuju liang lahat, jenazah Nuria mendapatkan penolakan dari warga.
Ini menjadi pukulan keras bagi keluarga dan Joko selaku suaminya.
Mengutip Kompas, akibat penolakan jenazah ini tiga warga masyarakat yang diduga provokator diamankan polisi.
Mereka adalah THP (31), BSS (54), dan S (40) yang ditangkap pada Sabtu (11/4/2020).
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)