"Kami percaya pos itu termasuk karakterisasi studi yang tidak tepat," kata juru bicara Gilead Science.
"Dengan demikian, hasil penelitian tidak dapat disimpulkan, meskipun tren dalam data menunjukkan manfaat potensial untuk Remdesivir, terutama di antara pasien yang diobati pada awal penyakit," tambah juru bicara itu.
Studi ini belum mewakili akhir masalah ini.
Masih ada beberapa uji coba skala besar pada tahap lanjut yang harus segera memberikan gambaran lebih jelas.
Remdesivir adalah salah satu obat yang pertama kali disarankan untuk digunakan dalam mengobati Covid-19.
Seorang profesor pharmaco-epidemiologi di London School of Hygiene & Tropical Medicine, Stephen Evans menilai skala penelitian itu terlalu kecil sehingga sulit mendeteksi manfaat atau resiko.
"Jika obat itu hanya bekerja dengan baik ketika diberikan sangat awal setelah infeksi, mungkin akan jauh kurang berguna dalam praktik," tambahnya.
Pekan lalu Stat mengabarkan bahwa Remdesivir menunjukkan kemanjuran yang signifikan saat uji coba pada pasien Covid-19 di rumah sakit Chicago.
Lembaga Kesehatan Nasional AS juga melaporkan bahwa obat itu terbukti efektif dalam percobaan kecil pada monyet.
Remdesivir sebelumnya pernah gagal dalam uji coba terhadap virus Ebola.
Obat ini termasuk golongan obat yang bekerja pada virus secara langsung.
Bagaimana Kerja Remdesivir?
Seperti diberitakan Tribunnews sebelumnya, virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 merupakan virus yang menyerang RNA.
Mengutip dariĀ Medicine Net, RNA adalah molekul pembantu pembentukan DNA pada saat proses sintesis protein pada gen.