Dia lalu dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Setelah menjalani perawatan, wanita tersebut dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit pada 13 Februari.
Ia dinyatakan sembuh setelah hasil tes negatif tiga kali berdasarkan sampel dari baian belakang hidung dan tenggorokan.
Wanita tersebut mengalami perbaikan kondisi yang signifikan dan didukung dengan pemeriksaan CT scan.
Namun, sehari setelahnya ia mengalami serangan jantung lalu meninggal dunia.
Dari kasus tersebut, Bian menyimpulkan "Ada kebutuhan mendesak untuk memahami patogenesis infeksi Sars-CoV-2."
Postmortem wanita tersebut tak menunjukkan adanya jejak virus corona di hati, jantung, usus, kulit, maupun sumsum tulangnya.
Namun, peneliti menemukan adanya strain virus yang lengkap di jaringan paru-paru.
Sampel tersebut kemudian diamati di bawah mikrosop elektron untuk mengonfirmasi adanya virus corona yang diselimuti cangkang mirip mahkota.
Strain yang tersembunyi tak menyebabkan gejala yang jelas.
Jaringan paru-paru menunjukkan adanya kerusakan yang biasa disebabkan oleh infeksi virus.
Tidak adanya virus di seluruh tubuh membuat tim sulit melakukan deteksi karena metode pengujian tak mengambil sampel dari paru-paru dalam.
Bian dan rekan-rekannya menyarankan agar ada pembersihan paru-paru pasien sebelum mereka diperbolehkan keluar dari rumah sakit atau juga dikenal dengan lavage bronchoalveolar.
Cara kerjanya yakni dengan memasukkan tabung berisi cairan cuci ke paru-paru pasien melalui mulut.