News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Ahli Epidemiologi Inggris: Kita Harus Belajar Hidup dengan Covid-19 Selama Beberapa Tahun Mendatang

Penulis: Inza Maliana
Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Virus Corona

TRIBUNNEWS.COM - Ahli epidemiologi dan influenza Inggris, Jonathan Van-Tam, mengatakan agar masyarakat harus belajar hidup dengan Covid-19.

Hal ini dikarenakan belum adanya vaksin yang benar-benar mampu untuk menekan penyebaran virus corona.

"Orang-orang harus belajar hidup dengan virus corona (Covid-19) selama beberapa tahun mendatang," ujar Wakil Kepala Staf Medis untuk Inggris itu.

Ia pun membenarkan, negaranya bisa terbebas dari virus corona jika vaksin sudah ditemukan.

"Jadi dari perspektif itu kita mungkin harus hidup, dan belajar untuk hidup, dengan virus ini dalam jangka panjang."

"Tentu untuk beberapa bulan mendatang jika tidak beberapa tahun," kata Van-Tam, dikutip Tribunnews dari Sky News.

Foto diambil pada tanggal 29 April 2020 ini. seorang ilmuwan melihat sel-sel ginjal monyet saat melakukan tes pada vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 di dalam laboratorium Cells Culture Room di fasilitas Sinovac Biotech di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet. (NICOLAS ASFOURI / AFP)

Baca: Peneliti Hong Kong Ungkap Pasien Covid-19 Gejala Ringan Pulih Lebih Cepat dengan 3 Obat Antivirus

Oleh karena itu, Van-Tam juga mengatakan dunia harus bersiap untuk menghadapi virus di musim gugur dan musim dingin.

Dia juga memperingatkan diperlukan lebih banyak informasi tentang musim-musim merebaknya Covid-19.

"Data yang kami miliki tentang virus corona telah kami teliti dengan cermat."

"Tapi tidak jelas apakah musim Covid-19 ini sama dengan musiman influenza," tambahnya.

Van-Tam mengatakan ada kemungkinan kondisi musim tertentu bisa menjadikan virus corona lebih cepat untuk menularkan penyakitnya.

Jonathan Stafford Nguyen Van-Tam MBE adalah spesialis Inggris dalam influenza, termasuk epidemiologi, penularan, vaksinologi, obat antivirus, dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi.

Baca: PM Inggris Boris Johnson Ingatkan Mungkin Tak Pernah Ada Vaksin Covid-19 Meski Tengah Dikembangkan

"Mungkin saja kondisi musim gugur dan musim dingin membuat lingkungan yang lebih baik bagi virus untuk menyebar lagi," jelasnya.

Bahkan, Van-Tam juga mengkhawatirkan kembalinya siswa ke sekolah justru membuat puncak gelombang corona kedua.

Menurutnya, penelitian telah memberikan berbagai bukti tentang peran anak-anak dalam mentransmisikan Covid-19.

Namun, data tersebut masih kurang mengenai kebenaran anak-anak dapat menularkan virus ke orang dewasa.

"Anak-anak bukanlah penyebar virus corona besar, tetapi jika mereka tidak menderita flu," katanya.

Profesor Van-Tam mengatakan sebagian besar anak-anak hanya memiliki gejala COVID-19 "sangat ringan".

Seorang bocah berusia lima tahun, harus kembali melawan penyakit bernama Kawasaki setelah dirinya berjuang dari virus corona atau Covid-19. (The Sun)

Baca: Boris Johnson Peringatkan Risiko Lonjakan Korban Jiwa Inggris Bila Lockdown Buru-buru Dilonggarkan

Ia juga menyampaikan tingkat infeksi di antara mereka pun hampir sama seperti pada orang dewasa.

Bahkan, sebuah studi oleh Royal College of Paediatricians and Child Health menemukan anak-anak lebih kecil kemungkinan terinfeksi virus daripada orang dewasa.

Hal tersebut berdasarkan temuan oleh komisi China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Namun, peran anak-anak dalam menularkan penyakit kepada orang lain tidak diketahui.

Khususnya mengingat sejumlah besar kasus corona ditemukan tanpa gejala.

Ilustrasi anak-anak dengan virus Corona. (Kolase)

Kendati demikian, penelitian terpisah oleh Kesehatan Masyarakat Inggris dan University of Cambridge mengatakan sebaliknya.

Mereka menemukan anak-anak di Inggris lebih mungkin terinfeksi daripada kelompok umur lainnya.

Bahkan menurut penelitian, hampir satu dari lima anak (18 persen) berusia antara 5 dan 14 tahun telah tertular virus.

Namun hingga kini, temuan-temuan tersebut masih diselidiki untuk mengungkap apakah anak-anak rentan terkena virus maupun tidak.

(Tribunnews.com/Maliana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini