TRIBUNNEWS.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, menyebut Indonesia belum mencapai puncak wabah virus corona (Covid-19).
Meskipun Indonesia telah dua kali mencatatkan 900 lebih tambahan kasus dalam sehari.
Hal tersebut diungkapkan Syahrizal dalam analisa kemungkinan adanya second wave atau gelombang kedua penyebaran virus corona pascalebaran.
"Kita mungkin tidak menyebutnya sebagai second wave atau gelombang kedua, karena sampai saat ini kita belum mencapai gelombang pertama," ujar Syahrizal dikutip Tribunnews.com dari telewicara yang disiarkan Metro TV, Selasa (26/5/2020) malam.
Syahrizal menyebut kasus di Indonesia masih fluktuatif.
Menurutnya, sudah banyak analisis data yang mengungkap keterkaitan antara pergerakan masyarakat dengan kasus harian.
"Apakah dalam 10 sampai 14 hari kasus akan meningkat, saya kira kita dapat banyak informasi dari analisa pergerakan dengan dampaknya terhadap kasus harian," ujarnya.
Baca: UPDATE Corona, 26 Mei: Tambah 415, Total Kasus di Indonesia 23.165 Orang, 5.877 Sembuh
Syahrizal mengungkapkan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memiliki dampak nyata terhadap perkembangan kasus.
"Kita beruntung DKI ada tim yang menganalisa terus situasi ini, dan jelas sekali PSBB memiliki dampak yang nyata dengan jumlah kasus," ujarnya.
Maka dari itu, jika PSBB dapat menekan penyebaran virus corona, pelonggaran pergerakan bisa membuat angka penyebaran berkembang.
"Dengan kata lain, kita juga akan percaya, dengan meningkatnya pergerakan dalam suasana lebaran, dengan longgarnya pergerakan, maka kita akan percya akan ada peningkatan dalam satu minggu ke depan," ujar Syahrizal.
Adapun Syahrizal menyebut mengenai gelombang kedua atau second wave bisa terjadi jika sebuah wilayah sudah mencapai puncak wabah.
Sedangkan, Syahrizal menyebut Indonesia belum mencapai puncak wabah.
"Rata-rata dalam satu dua minggu terakhir, rata-rata (penambahan kasus harian) minggu sebelumnya 525, rata-rata minggu ini 677," ungkapnya.