Ia bercerita, lebih dari itu, kestabilan psikologis pasien harus tetap dijaga.
Selama bertugas merawat 190 pasien positif, Sugih mengaku harus menyelesaikan tekanan pasien.
Ada pasien yang stres ketika karantina. Kemudian ada yang hendak bunuh diri.
Baca: Sekretaris Kabinet Jepang: Mustahil untuk Mengurangi Risiko Infeksi Covid-19 Menjadi Nol
Sugih juga mengatakan, ada pula pasiennya yang mengalami keguguran ketika diisolasi.
"Semua itu harus dan mau tidak mau saya langsung tangani," tutur dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: "Kalau Terlalu Rindu Anak dan Istri, Saya Pasti Menangis..."