“Saya sangat sepakat dengan rekomendasi di buku karya Mas Simon ini. Yaitu soal perlunya dikembangkan biodefense yang lebih kekinian dan inovatif. Ini penting untuk mengantisipasi segala kemungkinan ancaman-ancaman di masa mendatang yang lebih rumit, modern dan tak terdeteksi,” tambahnya.
LetJen TNI (Purn.) Ediwan Prabowo (Ketua NSI) mengatakan geopolitik sudah bergeser. Negara hebat adalah negara yang mampu mengatasi Covid-19. “Covid-19 membuat geopolitik berubah. Sekarang kita bisa lihat mana yang negara hebat itu,” katanya.
Dr. Wawan H Purwanto, Deputi 7 BIN mengapresiasi karya Ngasiman Djoyonegoro. “Sebagai karya intelektual, karya mas Simon patut disambut baik,” kata dia.
Wawan menjelaskan, pemerintah dan BIN saat ini terus melakukan upaya-upaya strategis dan preventif guna memutus mata rantai penularan Covid-19 sekaligus menstimulus pertumbuhan ekonomi.
"Tentu pemerintah (BIN) terus melakukan langkah strategis preventif. Kita butuh sinergi semua pihak. Dan kesadaran bersama mematuhi protokol kesehatan di tengah new normal," tambahnya.
Pengamat kebijakan publik Dr Riant Nugroho MSi CBA mengatakan pandemi Covid-19 level tiga namun penangananya masih level satu. “Pandemi Covid-19 level 3 tapi penangananya masih level 1,” kata dia.
Hery Haryanto Azumy, Ketum Forum Satu Bangsa menilai, ancaman terhadap manusia sesungguhnya datang dari manusia itu sendiri. Karenanya, perlu membentuk masyarakat resiko di seluruh dunia.
“Kita perlu membentuk global crisis society. Dan tentu persepktif intelijen kesehatan yang lebih futuristik memang sangat diperlukan. Selamat atas karya mas Simon,” katanya.
Sementara Dr Wendy Wisnuwati Setiawati (Lembaga Kajian NawaCita) menyerukan kepada masyarakat Indonesia untuk bisa gunakan sumber daya alam natural sebagai pilihan pertama untuk prefentif Covid-19.