Virus ini harus benar-benar diatasi melalui beradaptasi dengan kebiasaan baru.
Yakni dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan jaga jarak aman.
Baca: Para Ilmuwan Rusia Berencana Luncurkan Vaksin Virus Corona Pertengahan Agustus
Baca: Rusia Rilis Koronavir, Diklaim sebagai Obat Virus Corona Pertama di Dunia
Bencana Adalah Peristiwa Berulang
Doni Monardo mengajak peserta rapat untuk memahami bahwa bencana adalah peristiwa yang berulang.
Dalam hal ini, bencana yang dimaksud tidak hanya bencana alam saja, melainkan termasuk bencana non-alam, seperti wabah penyakit dan pandemi.
Menyinggung bencana non alam seperti wabah penyakit dan pandemi, Indonesia tercatat pernah mengalami ‘pageblug’ pada 1918 yakni Flu Spanyol.
Sejarah mengungkap, sekira 4,5 juta jiwa di Indonesia menjadi korban atas peristiwa tersebut.
Dalam hal ini, kunci penanganan pandemi adalah dengan mengupayakan peran medis dengan porsi 20 persen dan sisanya 80 persen adalah masyarakat.
Baca: Angka Kecepatan Reproduksi Penularan Virus Corona di DKI Jakarta Meningkat
Baca: Kasus Corona di Jakarta Kembali Melonjak, Anies Baswedan Diminta Terapkan Lagi PSBB
Implementasinya adalah tenaga medis menjadi benteng terakhir dalam melawan Covid-19, dan pondasi terdepan adalah masyarakat itu sendiri.
"Kami Gugus Tugas dari awal sudah meminta agar upayakan bahwa medis 20 persen sisanya 80 persen."
"Jangan bebani dokter, dokter adalah benteng terakhir bangsa kita,” ungkap Doni.
Ia meminta masyarakat dapat memahami kondisi yang terjadi dan mengambil langkah tepat untuk menangani Covid-19.
Yakni melalui upaya pencegahan, dengan penerapan protokol kesehatan secara disiplin.
Doni menambahkan, Covid-19 adalah musuh yang harus ditaklukan dengan meningkatkan kapasitas dan memperkuat mitigasi.
"Kenali dirimu, kenali musuhmu, 1000 kau perang 1000 kali kau menang,” pungkas Doni.
(Tribunnews.com/Nuryanti)