“Karena itu setelah saya rilis, kemudian saya share melalui website covid19.go.id yang muncul secara rinci. Saya juga terkadang minta pendapat, apakah ini perlu dibacakan. Ada yang mengatakan perlu supaya provinsi lain bisa lihat provinsi lain karena ada kepentingan. Bagaimana kampung saya di Surabaya ternyata tinggi sekali makanya harus hati-hati. Ini sebuah kompromi,” katanya.
Achmad Yurianto menegaskan dirinya tidak memiliki kepentingan sedikitpun untuk memanipulasi data.
Achmad Yurianto menjelaskan adanya perbedaan data yang disampaikan dikarenakan ada batas waktu pengumpulan yang berbeda di setiap daerah.
“Saya cut off time pukul 12.00 WIB, provinsi lain ada yang cut off timenya pukul 16.00, menunggu saya selesai pengumuman. Jadi yang saya umumkan data sampai pukul 12.00 WIB, oleh provinsi yang diumumkan data sampai pukul 16.00. Ya pasti berbeda,” katanya.
Perbedaan ukuran data juga menjadi sebab adanya perbedaan data.
Ia mengatakan selama ini pihaknya memakai data yang menjadi standar badan kesehatan dunia (WHO).
“Juga terkait ukuran data, data yang saya umumkan data yang menjadi standarnya WHO. Karena ini pandemi global harus ada data epidemiologis yang bisa dikaji secara global,” katanya.
“Salah satu contohnya WHO menyatakan data kasus yang meninggal yang diambil adalah data kasus yang terkonfirmasi positif. Sehingga kalau dipakai data kasus yang terduga juga, pasti jumlahnya lebih banyak,” ujarnya.