Kematian tertinggi terjadi pada penderita hipertensi.
"Jamu atau herbal bisa dipakai untuk meringankan gejala-gejala penyakit penyerta. Tujuannya seperti itu. Jadi bukan untuk menyembuhkan COVID-nya seperti ada beberapa informasi misleading beberapa hari ini," lanjutnya.
Sebagai contoh ramuan jamu seledri, pegagan, daun kumis kucing, temulawak, kunyit, hingga meniran dijelaskan oleh Saikhu bisa membantu seseorang mengendalikan hipertensi yang menurut data jadi komorbid nomor satu pada pasien Corona.
Direktur Standardisasi Obat Narkotika, Psikotropika, prekursor dan zat adiktif Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Togi Junice Hutadjulu juga memastikan hingga saat ini belum ada obat herbal atau tradisional yang bisa diklaim untuk menyembuhkan Covid-19.
"Obat herbal juga belum. Pengembangan vaksin berjalan, badan POM mengawal, obat ini akan aman dalam rangka pencegahan atau treatment Covid-19," ujar Togi.
Menurutnya, BPOM mendapatkan mandat untuk memastikan obat tradisional dan pangan itu memenuhi persyaratan aspek khasiat keamanan dan kualitas.
Dia memastikan, hingga saat ini pengembangan obat belum ada yang bisa diklaim untuk Covid-19.
Mengenai obat herbal maupun jamu yang saat ini banyak dijual di pasaran, Togi mengimbau masyarakat agar memilih jamu yang sudah mendapat izin edar.
Hal ini bisa diketahui dengan mengecek label pada kemasan. Jamu yang sudah mendapat izin edar
disebut Togi aman dikonsumsi dan bermanfaat karena sudah melalui uji coba.
"Masyarakat harus berhati-hati karena dalam kondisi seperti ini banyak sekali tawaran-
tawaran atau endorse. Klaim-klaimnya menyembuhkan COVID, harga murah, dan
sebagainya," ungkap Togi.(tribun network/den/dod)