TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sampai saat ini tenaga medis masih menjadi ujung tombak negara untuk memerangi Covid-19.
Mereka masih menjadi garda terdepan walau satu per satu mulai berjatuhan, dari dokter, perawat, hingga sopir ambulans sekalipun.
Rasa takut tertular mau tidak mau dipendam dalam-dalam.
Semua dilakukan hanya demi menyelamatkan nyawa satu orang yang bahkan mereka tidak kenal.
Namun, di satu sisi mereka hanyalah manusia biasa.
Punya hati, perasaan, bisa mengeluh, lelah, bahkan menangis. Siapa yang mau peduli?
Kadang sisi humanis itu yang luput dari masyarakat.
Lelah dan tangis mereka dalam melayani tertutup rapi di balik pakaian alat pelindung diri (APD) nan tebal.
Baca: Update RS Wisma Atlet 12 Agustus: Pasien Positif Covid-19 yang Dirawat Bertambah 40 Orang
D (25) salah satunya.
Dia adalah satu dari perawat-perawat yang bekerja di Wisma Atlet Kemayoran. Kepada Kompas.com, dia bersedia membagikan kisahnya.
Wanita yang sebelumnya bertugas di salah satu rumah sakit di Jakarta ini sudah berada di Wisma Atlet Kemayoran sejak Mei 2020.
Merawat pasien tentu bukan hal baru bagi D.
Namun, dia tetap memiliki kesan pertama kala bertugas di salah satu pusat penanganan Covid-19 di Jakarta itu.
“Hari pertama kerja, panas,” ucap dia lugas.