Menurut data yang dimiliki dokter Lula Kamal, kebanyakan kasus terkonfirmasi Covid-19 justru tertular dari orang yang dikenal atau dari orang dekat, atau bahkan dari keluarga sendiri.
"Kita lengah biasanya dengan yang seperti itu. Jadi, walaupun saudara kita, semua orang yang tidak satu rumah, harus kita perlakukan seakan-akan dia bawa virus. Seakan-akan dia OTG, jadi kita tidak boleh buka masker sambil
ngobrol. Kecuali kita menjaga jarak," ujar dia.
Berikut petikan wawancara lengkap Tribun Network bersama Dokter Lula Kamal.
Awal bulan ini, kasus Covid-19 tembus 24 ribu. Apa evaluasi terkait penerapan 3M yang kiranya perlu kembali diingatkan?
Kita mesti mengerti posisi kita sekarang. Saya rasa mungkin banyak masyarakat yang masih belum mengerti, atau bahkan berpikir vaksin sudah dekat, vaksin ini belum bisa sampai ke kita, belum sampai kita disuntikkan itu.
Paling cepat menyuntikkan vaksin itu mungkin di Januari, Februari atau bahkan April.
Sementara di sisi lain, obat itu belum ada yang paten yang bisa langsung menyembuhkan.
Berarti kalau vaksin tidak ada tapi obatnya ada, pegangan kita cuma satu, pencegahan.
Pencegahan itu artinya 3M, masker lagi, jaga jarak lagi, yang terakhir cuci tangan pakai sabun.
Bicara mengenai penularan ada dua macam, yang langsung dan tidak langsung. Kalau yang langsung yang tadi, kita jaga dengan masker dan jaga jarak supaya kalau ada virus dalam bentuk droplet, aerosol, apapun juga tidak bisa masuk ke bagian tubuh mata, hidung, dan mulut kita.
Sementara yang tidak langsung itu lewat medium penularan atau barang atau benda.
Misal si A sudah punya virus, pegang hidung terus pegang meja. Kita pegang meja juga, sebetulnya kita pasti ketularan
atau tidak? Belum tentu juga.
Kalau dalam keadaan kotor kita tidak pegang wajah kita, tidak akan masalah.
Itulah mengapa sering- sering cuci tangan pakai sabun, jangan pegang wajah, mata, hidung dan mulut, tempat masuknya si virus itu, kalau tidak yakin tangan kita bersih.