Selain itu, mutasi juga dapat terjadi ketika dua jalur virus yang berbeda menginfeksi inang secara bersamaan seperti yang banyak dilakukan jenis virus influenza.
Terakhir, respons imun tubuh seseorang yang terinfeksi juga dapat menyebabkan virus bermutasi akibat adanya pengeditan RNA inang.
Balloux menyebut sejauh ini mutasi muncul dari mekanisme yang terakhir ini di mana mekanisme ini cenderung netral, tidak melukai virus namun juga tidak membantunya.
"Mutasi yang sangat merusak, yang mencegah invasi inang virus, akan dengan cepat dibersihkan dari populasi. Mutasi yang hanya sedikit merusak dapat dipertahankan, jika hanya sementara. Sebaliknya, mutasi netral dan khususnya yang menguntungkan dapat mencapai frekuensi yang lebih tinggi," tim Balloux menulis.
Para ahli di dunia banyak berdebat terkait bagimana mutasi virus corona mempengaruhi pandemi.
Melansir dari New York Post, Senin (24/11/2020) satu studi sebelumnya menemukan wabah di komunitas di Inggris tumbuh lebih cepat ketika diunggulkan oleh varian 614G daripada ketika diunggulkan oleh leluhurnya di Wuhan.
Studi yang lain melaporkan hamster lebih cepat menginfeksi satu sama lain saat terkena varian mutasi virus corona. Mutasi juga disebut menginfeksi jaringan bronkial dan hidung manusia dalam cawan kultur sel jauh lebih pintar daripada leluhurnya.
Namun, sejumlah ahli juga menilai kemunculan mutasi virus D614G sebagian besar hanya dijadikan penghindaran kesalahan politik.
Kurangnya tindakan penahanan virus corona secara tepat, menurut mereka, sebagian besar menjadi penyebab wabah yang banyak muncul kembali dibandingkan karena mutasi.
"Alasan penyebarannya adalah orang-orang tidak memiliki tindakan yang cukup," kata Kari Stefansson, Pendiri dan Kepala Eksekutif deCODE Genetics, sebuah firma analisis genom terkemuka yang berbasis di Islandia.
“Tampaknya politik yang sangat buruk untuk menyalahkan kekurangan pada virus. Mereka harus memilih seseorang dengan ukuran mereka sendiri, bukan virus sekecil ini," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi Terbaru Ungkap Mutasi Virus Corona Tak Percepat Penularan",