China pun terus menolak permintaan dari negara-negara Barat untuk mengizinkan dilakukannya penyelidikan independen terhadap sumber virus di negara itu.
Berbulan-bulan bernegosiasi, China akhirnya mengalah setelah WHO setuju untuk menyerahkan kendali atas bagian-bagian penting dari penyelidikan tersebut kepada para Ilmuwan China.
Saat tiba di China untuk memulai investigasi, tim WHO terpaksa dikarantina selama dua minggu pertama, sehingga pertemuan pun dilakukan secara virtual melalui aplikasi Zoom.
Tim WHO yang diperkirakan akan merilis laporan lengkap tentang temuannya dalam beberapa pekan mendatang, masih terus menekan pejabat China untuk melakukan pemeriksaan sampel darah secara menyeluruh.
Ini dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda bahwa virus tersebut mungkin telah menyebar lebih awal.
Para Ahli WHO juga meminta China melakukan penyelidikan lebih dalam terkait perdagangan satwa liar di Wuhan dan daerah sekitarnya untuk mendapatkan petunjuk tentang bagaimana virus bisa berpindah dari hewan ke manusia.
Namun belum jelas apakah pemerintah China akan sepenuhnya bekerja sama, karena negara itu tetap memegang kendali kuat tentang penelitian mengenai asal-usul virus.
Perlu diketahui, saat para ahli WHO tiba di Wuhan pada bulan lalu, mereka berangkat dengan membawa misi untuk menemukan asal mula kasus Covid-19.
Tim ini meminta pejabat China untuk memeriksa catatan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan gejala seperti demam dan batuk pada awal Oktober 2019.
Setelah meninjau 76.000 catatan di 233 institusi medis di Wuhan, Ilmuwan China mengatakan kepada tim WHO bahwa mereka telah menemukan 92 orang yang sesuai dengan deskripsi itu.
Pemerintah China kemudian melakukan tes antibodi pada dua pertiga dari orang-orang itu, namun melaporkan bahwa mereka tidak positif terinfeksi Covid-19.
Sementara sepertiga lainnya telah meninggal atau menolak untuk dilakukan pengujian.
Para Ahli dari WHO pun frustrasi dengan sikap pemerintah China yang enggan menjelaskan bagaimana cara mereka dalam mengumpulkan data.
Dr Fischer mengatakan ia berharap menemukan lebih banyak kasus orang yang dirawat di rumah sakit dengan gejala seperti itu di kota seluas Wuhan.