Daeng menghimbau bagi yang memiliki komorbid (penyakit penyerta) yang rentan, disarankan untuk melakukan kontrol kesehatan secara rutin, untuk menhindari dampak fatal dari terpaparnya Covid-19.
Daeng juga menekankan ke masyarakat untul tidak menyepelekan pemakaian masker, khususnya masker bahan kain.
Ia menghimbau untuk memakasi masker yang berstandar kesehatan atau dilapis tiga.
Corona N439K Mampu Mengakali Antibodi Bahkan Vaksin
Diwartakan Tribunnews.com, munculnya strain baru virus corona (Covid-19) yang disebut N439K dan telah ditemukan di 30 negara, membuat banyak pihak meningkatkan kewaspadaan.
Strain baru ini pun dianggap lebih 'pintar' jika dibandingkan dengan strain lainnya.
Lalu bagaimana tanggapan ahli mengenai kemunculan strain baru Covid-19 ini ?
Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan mutasi N439K ini juga terkandung dalam varian B.1.258∆ yang ditemukan pada sebagian negara Eropa.
Baca juga: Kemendikbud: Perguruan Tinggi Mampu Beradaptasi di Masa Pandemi Covid-19
Baca juga: Klaster Aerobik Muncul di Tasikmalaya, 45 Orang Terpapar Covid-19 Setelah Senam di Papandayan
"Varian B.1.258∆ yang ditemukan di sebagin negara Eropa juga mengandung mutasi N439K pada protein Spike," ujar Dicky.
Strain ini lebih menempel dan mengikat lebih kuat ke reseptor ACE2 manusia yang bertindak sebagai 'pintu masuk' virus untuk memasuki sel inang.
Kemudian strain ini disebut bisa menghindari kekebalan terhadap antibodi, bahkan vaksin.
"Substitusi N439K meningkatkan afinitas pengikatan ke reseptor ACE2 dan telah terbukti memfasilitasi virus dapat menghindari kekebalan dari antibodi monoklonal, serta dari serum poliklonal pada orang yang sembuh dari infeksi. Kemudian (mampu) mengakali respons antibodi, termasuk terapi atau vaksin," kata Dicky.
Ia pun menjelaskan bahwa terkait penyebarannya, varian yang didalamnya terkandung mutasi N439K ini memiliki kemiripan dengan virus Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan.
Oleh karena itu disebut sebagai wild virus karena mampu menyebarkan penyakit.