Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Setelah penyelidikan dilakukan selama berbulan-bulan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa peternakan satwa liar di China 'kemungkinan' yang menjadi sumber pandemi virus corona (Covid-19).
Peternakan satwa liar yang banyak terdapat di sekitar provinsi Yunnan di China selatan ini kemungkinan besar menjadi pemasok hewan ke para pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, tempat kasus awal Covid-19 ditemukan pada tahun lalu.
Baca juga: Mutasi Virus Corona Sangat Cepat, Usai B117 Kini Muncul N439K, Termasuk Tipe Liar Seperti di Wuhan
Baca juga: 13 Varian Covid-19 Ditemukan di Wuhan pada Desember 2019, Timbulkan Pertanyaan Lebih Besar
Seorang Ahli Zoologi dan Ekologi Penyakit yang bergabung dengan tim WHO dalam melakukan perjalanan investigasi ke China, Peter Daszak mengatakan beberapa dari hewan liar tersebut bisa saja tertular SARS-CoV-2 dari kelelawar di daerah tersebut.
Dikutip dari laman Live Science, Kamis (18/3/2021), WHO pun diperkirakan akan merilis temuannya dalam laporan pada beberapa minggu mendatang.
Perlu diketahui, pada Januari 2021, tim ahli WHO melakukan perjalanan ke China untuk menyelidiki bagaimana awal munculnya pandemi mematikan yang telah membuat lebih dari 120 juta orang terinfeksi dan menewaskan 2,6 juta orang di seluruh dunia.
Banyak teori konspirasi telah berkembang tentang asal-usul virus, termasuk bahwa virus itu bocor dari laboratorium Wuhan.
Namun pada bulan lalu, penyelidik WHO menampik penjelasan tersebut.
Konsensus umum diantara para ilmuwan adalah bahwa virus corona menyebar pada kelelawar dan melompat ke manusia, melalui perantara.
Virus itu kemungkinan ditularkan dari kelelawar di China selatan ke hewan di peternakan satwa liar, kemudian ke manusia.
Peternakan satwa liar merupakan bagian dari proyek yang telah dipromosikan pemerintah China selama 20 tahun untuk mengangkat ekonomi penduduk pedesaan agar keluar dari kemiskinan dan menutup kesenjangan antara kawasan pedesaan dan perkotaan.
"Mereka mengambil hewan eksotis, seperti musang, landak, trenggiling, anjing rakun dan tikus bambu, dan mengembangbiakkannya di penangkaran," papar Daszak.
Tetapi pada Februari 2020, China kemudian menutup peternakan itu.
Kemungkinan karena pemerintah China mengira bahwa hewan ternak di sana menjadi bagian dari jalur transmisi antara kelelawar ke manusia.