Meskipun dikenal sebagai produsen vaksin terbesar di dunia, mirisnya, India tidak memiliki cukup vaksin untuk warganya sendiri.
Hanya 9 persen warganya yang telah menerima vaksinasi, padahal populasinya mencapai 1,35 miliar penduduk.
Vaksinasi harian telah turun tajam dari level tertinggi sepanjang masa yang sempat dicapai pada awal bulan lalu.
Hal itu karena produsen vaksin domestiknya tengah berjuang untuk meningkatkan pasokan.
Sementara Pusat vaksinasi di Mumbai telah ditinggalkan setelah pemerintah negara bagian itu mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup persediaan untuk memberikan dosis kedua bagi orang dewasa berusia di atas 45 tahun.
Hanya dosis terbatas yang tersedia untuk kelompok berusia 18 hingga 44 tahun.
India telah berjuang untuk meningkatkan kapasitas vaksinnya lebih dari 80 juta dosis dalam sebulan, karena kurangnya bahan baku yang dialami Serum Institute of India (SII), produsen vaksin AstraZeneca yang disebut 'Covishield' ini.
Di sisi lain, produsen vaksin asal Amerika Serikat (AS) Pfizer Inc sedang dalam tahap pembicaraan dengan pemerintah India untuk 'mempercepat persetujuan' vaksinnya.
Seperti yang disampaikan CEO Pfizer Albert Bourla di LinkedIn, saat mengumumkan sumbangan obat-obatan senilai lebih dari 70 juta dolar AS.
Bulan lalu, India mengatakan bahwa regulator obatnya akan mengeluarkan keputusan dalam waktu tiga hari tentang aplikasi penggunaan darurat untuk vaksin asing, termasuk Pfizer.
Bantuan internasional pun telah mengalir untuk menanggapi krisis Covid-19 yang terjadi di negara yang berada di kawasan Asia Selatan itu.
Inggris rencananya akan mengirim 1.000 ventilator tambahan ke India.
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dan PM India Modi dijadwalkan melakukan komunikasi pada Selasa ini.
Varian Covid-19 India kini telah ditemukan setidaknya pada 17 negara, termasuk di Inggris, Iran dan Swiss.
Temuan ini mendorong beberapa negara menerapkan kebijakan untuk menutup sementara perbatasan mereka dari para pelancong India maupun yang sempat singgah di negara itu.