Sehingga, terjadi kenaikan kasus seperti yang terjadi di Kudus.
Selain kurangnya antisipasi, Ganjar juga melaporkan bahwa kenaikan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus juga terjadi karena prediksi-prediksi seperti fenomena tahun lalu yang tidak dicermati dengan baik, sehingga menimbulkan kepanikan.
“Kaget gitu ya. Dia (Pemda Kudus) tidak prediksi, dia tidak antisipasi, lalu berikutnya panik,” jelas Ganjar.
Baca juga: Covid-19 dan Lansia, Kelompok Usia yang Paling Banyak Terpapar
Kepada Ketua Satgas, Letjen TNI Ganip Warsito, Ganjar melapor bahwa pihaknya telah berulangkali meminta agar Pemerintah Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan angka kasus dapat segera mengambil langkah konsolidasi.
Hal tersebut supaya menghindari pemahaman seolah-olah dapat melakukan penanganan sendiri.
Sebab, penanganan Covid-19 tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan harus melibatkan berbagai komponen.
Untuk urusan yang satu ini, bahkan Ganjar berkelakar bahwa dirinya sudah seperti Guru Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling (BP/BK).
Ia bertugas memperingatkan atau membimbing siswa nakal atau kurang patuh terhadap peraturan di sekolah.
"Jadi ini saya sudah seperti guru BP/BK. Ada anak-anak nakal, kumpul lalu njeweri siji-siji (menjewer satu-satu),” pungkas Ganjar.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Taufik Ismail)(Kompas.com/ Tsarina Maharani)