Jika diperlukan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan PPKM Mikro pada daerah masing-masing.
Termasuk dengan lebih memperketat testing, tracing hingga treatment.
"Pembatasan mobilitas harus dilakukan dan 3 T perlu ditingkatkan," kata Siti Nadia.
Siti menengaskan, hal ini harus tetap ditekankan kepada masyarakat, karena pada prinsipnya varian baru ini tidak akan berkembang jika tidak menemukan tempat untuk tumbuh.
Baca juga: Studi Inggris Sebut Vaksin Pfizer & AstraZeneca Bisa Melawan Corona Varian Delta hingga 90 %
"Pada prinsipnya, varian baru ini selama dia tidak menemukan manusia untuk tempat tumbuh dan berkembang biak, maka dia akan kalah dengan sendirinya."
"Tentunya dengan adanya PPKM mikro secara ketat akan sangat efektif (untuk mencegah berkembangnya virus ini)," kata Siti Nadia.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Minta Indonesia Belajar dari Negara Inggris tangani Varian Delta
Diketahui pada 14 Juni 2021 lalu, diumumkan ada 28 kasus Covid-19 varian B.1.617.2 atau yang saat ini dinamai varian Delta.
Dikutip dari Tribunnews.com, Rabu (16/6/2021), Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan Indonesia perlu belajar perkembangan terakhir dari varian Delta yang juga menyebar di Inggris.
Hal ini dilakukan sebagai upaya antisipasi, sebelum kasus Covid-19 varian dari India ini mendominasidi Tanah Air.
"Pada 11 Juni 2021 lalu, otoritas kesehatan masyarakat di Inggris juga baru menyampaikan perkembangan terakhir varian ini, yang empat hasilnya perlu kita pakai sebagai bahan antisipasi," kata Prof Tjandra, Selasa (15/6/2021).
Disampaikan Prof Tjandra bahwa di Inggris naik 70 persen, yakni ada 42.323 kasus varian Delta.
Baca juga: Varian Baru Corona Muncul, Menteri Agama Terbitkan Surat Pembatasan Kegiatan di Rumah Ibadah
dalam seminggu, terjadi peningkatan yang amat besar yakni 29.892 kasus.
"Atau ada 29.892 kasus hanya dalam waktu satu minggu saja, peningkatan yang amat besar," ungkap Prof. Tjandra.