Bahkan, data terakhir Inggris menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen kasus baru COVID-19 di negara itu, kini adalah varian Delta ini, menggantikan varian Alfa (B.1.1.7) yang sebelumnya dominan di Inggris.
"Kalau pola ini juga akan terjadi di negara kita maka tentu bebannya akan berat jadinya," jelas dokter spesialis paru ini.
Ia mengungkapkan, varian Delta di Inggris memiliki karakteristik seperti 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alfa.
Waktu penggandaannya (“doubling time”) berkisar antara 4,5 sampai 11,5 hari.
"Lebih baik kalau juga ada data tentang berapa besar (“doubling time”) dari varian Delta yang kini ada di negara kita, termasuk tentunya laporan terakhir dari Kudus ini," ungkapnya.
Kemudan, laporan Inggris 11 Juni 2021 ini juga menunjukkan bahwa varian Delta berpengaruh menurunkan efektifitas vaksin dibandingkan varian Alfa.
Hasil ini didapati pada mereka yang baru dapat vaksin satu kali maka terjadi penurunan efektifitas perlindungan terhadap gejala sebesar 15% sampai 20%.
"Kita perlu pula mengamati kemungkinan dampak seperti ini, apalagi program vaksinasi memang sedang terus digalakkan."
"Namun tentu, tidak akan membandingkan varian Delta dengan varian Alfa seperti yang Inggris lakukan, karena varian Alfa bukanlah varian yang dominan di negara Indonesia," kata Prof Tjandra.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Rina Ayu Panca Rini)