Kondisi pandemi sekarang ini menurut Siti Fadilah berbeda dengan situasi yang pernah dialami Indonesia pada saat flu burung. "Pada waktu flu burung, episentrumnya ada di Indonesia. Kalau pada Covid episentrumnya ada di Wuhan sana. Indonesia hanya dapat aliran dari Wuhan. Tapi waktu flu Burung episentrumnya di Indonesia. waktu itu bisa Kita lawan, bahwa keterangan yang mereka katakan bahwa Indonesia bisa ada pandemic itu bisa kita lawan dengan data-data dari laboratorium dari virus yang kita periksa di Indonesia. Jadi tidak memenuhi syarat untuk Pandemi sehingga WHO waktu itu terus melangkah mundur lah tidak terus mendesak indonesia," katanya.
"Itu adalah karena perjuangan tim dari Indonesia yang sangat berat dan kita berjuang di sana untuk perang diplomasi di WHO. Di mana kita boleh dikatakan melawan arusnya WHO yang ingin mengatakan episentrum pandemic ada di Indonesia. Saat itu juga kita bisa menjawab bahwa tidak ada episentrum pandemi di sini dan tidak ada flu burung di Indonesia maupun di manapun juga," katanya.
"Itu sesuatu yang patut disyukuri, bayangkan pada tahun 2006 Indonesia sudah dilanda. Dan kalau Indonesia mau Pandemic maka flu burung itu akan menyebar ke seluruh dunia. Indonesia berhasil mengubah rencana pandemic tersebut".
"Kalau sekarang, karena pandemic itu dicetuskannya di Wuhan, Indonesia memang tidak bisa apa-apa. Hanya yang bisa adalah kita harus berdaulat, kita harus yakin apa yang kita buat di sini untuk menghadapi Covid itu harus sesuai dengan kebutuhan kita dan keadaan kita. Bagaimana kita membuat kebijakan yang sesuai dengan kemampuan kita," katanya.
Wajib Terus Pakai Masker, Virus Telah Banyak Bermutasi
Dalam perbincangan bersama dengan Profesor Nidom, Siti Fadilah Supari membahas tentang pandemi Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini.
Dia membahas pandemi Covid-19 dan juga virus corona yang kini telah banyak bermutasi.
Karena mutasi virus corona ini, sehingga masyarakat wajib untuk terus memakai masker dan menjaga protokol kesehatan.
"Divaksin ataupun tidak divaksin, resikonya untuk terkena Covid itu sama dan (tingkat) kematiannya juga sama," kata Siti Fadilah Supari di kanal Youtube Siti Fadilah Supari Channel.
Profesor Nidom menyambung, "Bedanya kalau sudah divaksin, masyarakat jadi lebih abai (Protokol kesehatan)," katanya.
"Harapan pemerintah, dengan 70 persen (masyarakat Indonesia) dia vaksin, 70 persen juga terjadi imunitas. Padahal itu tidak mungkin. Karena efikasinya, tidak ada yang 100 persen," kata Siti Fadilah Supari.
"Hal-hal yang kayak gini sebetulnya kan Scientific banget. Kenapa tidak ada yang bersuara kepada Menteri Kesehatan gitu, Jadi jangan You kejar yang 180 juta rakyat itu nanti Anda yang mengejar sesuatu yang tidak akan Anda dapet. Uang banyak keluar tapi korban akan cukup banyak," katanya.
Prof Nidom mengatakan, banyak tenaga kesehatan yang sudah divaksin lengkap juga terkena Covid-19. Seperti di Kudus, di Bangkalan, dan di beberapa daerah lain. Kurang lebih 350 orang tenaga kesehatan. Yang meninggal 15 orang.
"Itu kenapa tidak diekspose, sehingga masyarakat tahu bahwa divaksin ataupun tidak divaksin risikonya untuk terkena Covid-19 itu sama, dan (tingkat) kematiannya juga sama," kata Siti Fadilah.