"Bedanya kalau sudah divaksin, masyarakat jadi lebih abai pada penggunaan masker (Protokol kesehatan)," kata Prof Nidom menimpali.
"Kenapa Saya menginginkan program vaksin kovensional ini disetop dulu untuk dievaluasi. Kalau memang ini tidak menunjukkan hasil yang diharapkan ya sudah diganti. Kalau (tetap) mau vaksin. Kalau nggak yang tetap laksanakan Protokol kesehatan saja, dulu juga sebelum ada vaksin kan juga Prokes. Memang ada risiko tapi Prokesnya yang harus diperkuat, gitu" kata Prof Nidom.
"Kalau saya bilang, bahwa mengendalikan virus itu mungkin saat ini untuk menghadapi Covid, flu, dan sebagainya itu tameng kita adalah masker," katanya.
"Karena apa? Masker itu kan menghalangi masuknya virus ke hidung. Jadi dia mati di udara. Saya bilang, masker ini cara membunuh virus (secara) Sunatullah".
"Kalau kita biarkan tanpa masker, virus masuk ke dalam tubuh, kemudian di dalam tubuh digempur oleh Antibodi. Maka virus tidak mau mati sia-sia. Di situ dia mulai mutasi," katanya.
Vaksinasi juga turut berperan dalam mutasi virus. "Mutasi akibat vaksinasi ini juga cukup tinggi. Justru karena vaksinasi, mutasi akan lebih banyak," katanya.
"Saya mungkin berbeda pendapat dengan para pengambil kebijakan. Tapi itu harus saya suarakan karena itu adalah keyakinan saya," kata Prof Nidom.
"Kita memang kadang-kadang harus bersuara yang sesuai dengan hati nurasi kita dan sesuai dengan ilmu yang kita tekunin dan jangan takut. Maksudnya kita kan bukan untuk menghalang-halangi tapi untuk agar bangsa ini mendapat treat (perawatan) yang terbaik," ucap Siti Fadilah.