Sehingga, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat interaksi obat, dapat segera melakukan tindakan lain, misalnya menghentikan atau mengganti obatnya.
Baca juga: Ditangkap Polisi, dr Lois Dijerat Dengan UU Tentang Wabah Penyakit Menular
Mengingat, banyak kondisi penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat untuk terapinya.
Apalagi jika pasien memiliki penyakit lebih dari satu (komorbid).
Interaksi Obat Menguntungkan
Zullies memberikan contoh pada pasien yang kondisinya mengalami penyakit hipertensi yang pastinya membutuhkan lebih dari satu obat.
Pada kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat tunggal, biasanya sering ditambahkan obat antihipertensi lainnya, bahkan bisa kombinasi 2 atau 3 obat antihipertensi.
Dalam kasus ini, memang pemilihan obat yang akan dikombinasikan harus tepat, yaitu obat harus memiliki mekanisme yang berbeda.
Ibarat menangkap pencuri, dia bisa dihadang dari berbagai penjuru.
Obat tersebut dapat dikatakan berinteraksi, tetapi interaksi ini adalah interaksi yang menguntungkan, karena bersifat sinergis dalam menurunkan tekanan darah.
Meski demikian, tetap harus adanya perhatian khusus terkait dengan risiko efek sampingnya.
Baca juga: Bareskrim Ambil Alih Penanganan Perkara Dokter Lois yang Ditangkap Karena Tak Percaya Covid-19
"Memang tetap harus diperhatikan terkait dengan risiko efek samping, karena semakin banyak obat tentu risikonya bisa meningkat," jelas Zullies.
Sementara itu, untuk terapi COVID-19, Zullies menyebut COVID-19 merupakan penyakit yang unik.
Mengingat kondisi satu pasien dengan yang lain dapat sangat bervariasi.
Misalnya pasien yang bergejala sedang sampai berat dapat terjadi peradangan paru, gangguan pembekuan darah, gangguan pencernaan, dan lain-lain.