Gorontalo: 22 kasus
Lonjakan kasus covid di mata Imam Prasodjo
Laju penularan Covid-19 yang meningkat tajam cukup meresahkan. Tidak hanya Indonesia, virus mewabah menjadi masalah seluruh dunia.
Hal ini menjadi kekhawatiran dari Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo. Menurutnya saat ini Indonesia belum bisa beradaptasi dengan situasi Pandemi Covid-19.
Jika hal ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi episentrum dari pandemi Covid-19.
"Ini menjadi pertanyaan besar, kalau kita tidak mampu untuk melakukan adaptasi, maka bisa jadi Indonesia menjadi wilayah episentrum (Covid-19)," kata Imam, dalam webinar Alinea.id , Senin (19/7/2021).
Imam menyebutkan jika masih banyak masyarakat yang tak patuh pada protokol kesehatan. Sebagian masyarakat tidak percaya pada kajian keilmuan atau hal-hal yang bersifat saintifik.
"Bahkan jangan-jangan di dalam negara itu episentrumnya akan mengerucut di wilayah-wilayah tertentu yang disiplinnya itu paling rendah, orangnya paling tidak saintifik, paling tidak percaya pada kajian-kajian ilmiah, kajian-kajian keilmuan," kata Imam lagi.
Baca juga: Studi Terbaru: Jumlah Kematian di India selama Pandemi Covid-19 Bisa Lebih dari 4 Juta
Baca juga: China Laporkan Lonjakan Kasus Baru Covid-19 di Yunnan Perbatasannya dengan Myanmar
Tidak hanya itu, kondisi ini, kata Imam ditambah dengan masyarakat yang tidak menjalankan protokol kesehatan dan enggan lakukan vaksinasi.
Situasi diperburuk dengan Indonesia yang belum terbebas dengan masalah kemiskinan, stunting, daya tahan tubuh yang rendah.
Baca juga: Relawan Jemput Mayat dari Rumah ke Rumah, Myanmar Diprediksi Jadi Negara Penyebar Tercepat Covid-19
Selain itu, banyak pekerjaan rumah yang mesti dilakukan Indonesia. Misalnya seperti penyediaan vaksin. Negara saat ini belum bisa menyediakan vaksin secara mandiri. Pengadaan vaksinasi masih bergantung pada negara lain.
Ia pun merincikan beberapa negara yang sempat menghadapi lonjakan kasus infeksi namun diprediksi dapat ditangani. Misalnya Amerika, Eropa dan India.
"Ada kemungkinan Amerika bertahan. Eropa juga seperti itu. Di Asia, memadai tiga negara. India kemudian bisa mengontrol. Apa lagi India bisa memproduksi vaksin sendiri. Indonesia prilaku paling parah, vaksin masih tergantjng dan ketahanan tubuh relatif rendah," pungkasnya.