Selanjutnya, dirinya juga melakukan serangkaian modifikasi terhadap alat transportasi yang digunakan untuk menganangku spesimen ke fasilitas peneilitian.
Adanya alat itu, dapat mempertahankan kualitas spesimen tetap baik selama perjalanan dari bandara menuju fasilitas penelitiannya yang memakan waktu yang cukup lama.
Baca juga: Guru Besar UIN: Banyak Tradisi Papua yang Kental Toleransi Beragama
Hal ini dilakukan, untuk menyikapi kondisi iklim tropis di sana yang bisa berpengaruh terhadap spesimen yang dikirimkan. Dengan begitu, kualitas spesimen atau sampel yang dikirimkan dari berbagai daerah dapat dipastikan tetap bisa digunakan di laboratorium.
"Kita melakukan banyak modifikasi untuk bisa melakukan pemeriksaan spesimen," imbuhnya.
Setiap spesimen itu, lanjut Hana, akan dimasukkan ke dalam sistem data untuk dikumpulkan dalam satu wadah.
Sebagai catatan yang berkaitan dengan penanganan wabah COVID-19 di tanah Papua. Untuk dipelajari lebih lanjut oleh berbagai peneliti maupun pemangku kepentingan. Sekaligus, dipergunakan dalam indikator penanganan COVID-19, khususnya dalam kenaikan angka positif wabah itu.
Dengan merujuk pada data ini, maka dapat menjadi basis pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan pandemi di tanah Papua dalam beberapa waktu yang lalu.
"Kami pulang malam jam 1 malam, karena spesimen dikerjakannya diatas jam 14.00 siang itu biasa sekali," pungkasnya.
Kegiatan FMB9 juga bisa diikuti secara langsung di www.fmb9.go.id, FMB9ID_ (Twitter), FMB9.ID (Instagram), FMB9.ID (Facebook), dan FMB9ID_IKP (Youtube).