"Keempat terus melakukan surveilans dengan ketat, menilai pola data dari hari ke hari serta mengambil tindakan bila diperlukan," katanya.
Dan terakhir adalah tetap menjaga kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan. Mulai dari pelayanan primer, konsep rujukan dan pelayanan di rumah sakit.
Khusus untuk di rumah sakit maka harus selalu disiagakan, yakni SDM terampil, ketersediaan alat dan obat termasuk mekanisme kalau ada kekosongan serta aspek manajemen lapangan, seperti konversi ruang rawat, manajemen risiko dan lain-lain.
Sementara berdasarkan Indeks Perbaikan Nikkei (Nikkei Recovery Index) merilis peringkat pengendalian Covid-19 di kawasan Asia Tenggara pada 6 Oktober 2021. Indonesia berada di peringkat 54, lebih dari dari negara lain di Asia Tenggara.
Nikkei melakukan penilaian pada 120 negara di dunia. Berdasarkan pemeringkatan itu, Indonesia disebutkan berada di peringkat ke-54, diikuti oleh sejumlah negara di Asia Tenggara.
Mereka adalah Singapura di posisi 70, Malaysia (102), Myanmar (105), Thailand (109), Vietnam (118), Laos (120), dan Filipina di posisi 121.
"Di sisi lain, India ada di peringkat ke 40, lebih bagus dari kita," ujar Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/10/2021).
Selain Nikkei Recovery Index, perbaikan peringkat Indonesia juga terlihat pada Bloomberg Resilience Index. Indeks ini memberi peringkat pada 53 negara di dunia.
"Indonesia pada 28 Juli 2021 ada di peringkat terbawah yakni ke 53, lalu pada versi 26 Agustus 2021 membaik menjadi ke 51 dan pada versi 28 September membaik lagi menjadi peringkat 49," ujar mantan direktur WHO Asia Tenggara ini.
Sementara, Thailand di peringkat 50, Malaysia di 51, Vietnam 52, dan Filipina peringkat 53.
"Peringkat India dan Singapura di Bloomberg Resilience Index lebih baik dari Indonesia, India ada di peringkat ke 45 dan Singapura bahkan peringkat ke 19," jelas Prof Tjandra. (Tribun Network/Rina Ayu/sam)