News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Peneliti Sebut Lebih dari 25.000 Ton Sampah Plastik APD Terapung di Lautan Akibat Covid-19

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas merapikan tumpukan kantong sampah plastik kuning yang menumpuk di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (6/7/2021). Sejumlah petugas berpakaian alat pelindung diri (APD) lengkap tiap hari mengumpulkan kantong plastik berwarna kuning yang menumpuk berisikan APD bekas pakai, kardus makanan, dan sejumlah barang pasien yang sudah tidak terpakai. Kemudian tumpukan limbah itu disimpan di ruang khusus Tower 7 RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet. Sekali angkut, RSD Wisma Atlet bisa mengangkut 2 ton limbah medis corona. Dalam sehari petugas dapat mengangkut 3 kali yaitu pagi, siang, dan malam hari. Tribunnews/Jeprima

Asia memiliki jumlah sampah tertinggi yang dihasilkan yakni 46,3 persen dari sampah plastik terkait pandemi global, namun menyumbang total 31,2 persen dari kasus Covid-19 global.

Angka kasusnya mengindikasikan negara di Asia berada pada urutan kedua setelah Amerika yang mencetak 47,6 persen kasus.

Menurut penulis penelitian tersebut, ini mencerminkan tingkat pengelolaan limbah medis yang lebih buruk pada banyak negara di Asia, termasuk India dan China, jika dibandingkan dengan negara-negara industri di Amerika Utara dan Eropa dengan jumlah kasus infeksi yang besar.

Penelitian itu memprediksi mayoritas sampah plastik laut kemungkinan akan mengendap di pantai dan dasar laut dalam waktu 3 hingga 4 tahun.

Lalu bagian yang lebih kecil akan memasuki laut terbuka, di mana pada akhirnya akan terperangkap di pusat cekungan laut atau 'pilin' subtropis, yang merupakan sistem besar arus berputar pada masing-masing dari lima samudra utama.

Mirisnya, tumpukan sampah yang terdiri dari APD, serasah, alat tangkap, dan limbah lainnya dapat terus terbentuk di lima pilin subtropis dunia.

Samudra Arktik khususnya, merupakan 'jalan buntu' untuk sampah plastik yang didorong ke dalamnya, hal ini disebabkan oleh pola sirkulasi laut.

Oleh karena itu, penulis penelitian ini pun menyarankan pengelolaan limbah medis yang lebih baik di pusat gempa, khususnya di negara berkembang, untuk memerangi masuknya sampah plastik ke lautan.

Mereka juga menyerukan penyampaian informasi yang lebih luas terkait dampak lingkungan dari APD dan barang-barang plastik lainnya, serta pengembangan bahan ramah lingkungan lainnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini