Ia mengatakan 1 hingga 2 minggu sebelum kebijakan PCR untuk penumpang pesawat ini diberlakukan, pihaknya melihat peningkatan risiko tersebut.
"Indikator mobilitas yang kami gunakan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Contohnya di Bali, data mobilitas minggu ketiga Oktober 2021 menunjukkan level yang sama dengan liburan nataru tahun 2020," kata Septian dalam tertulisnya yang diterima Tribunnews, Selasa (9/11/2021).
Lalu hasil pengecekan tim yang dikirim terjadi penurunan disiplin protokol kesehatan yang luar biasa.
PeduliLindungi hanya sebagai pajangan terutama di tempat-tempat wisata dan bar.
"Bahkan salah satu tim saya berhasil memfoto pasangan yang bebas berciuman di dalam salah satu bar/café di Bandung," ujarnya.
Septian menambahkan pertimbangan lainnya terkait negara-negara lain yang mengalami peningkatan kasus yang luar biasa akibat varian Delta.
Menurutnya, akibat relaksasi aktivitas dan protokol kesehatan karena merasa tingkat vaksinasi dosis kedua sudah diatas 60 persen.
Contohnya, kata Septian, seperti Singapura, Jerman, Inggris dan beberapa negara lain.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Ia menyebut, bahwa tingkat vaksinasi dosis 2 Indonesia saat ini baru sekitar 36 persen, dan sudah melakukan relaksasi aktivitas masyarakat secara luas.
Namun, ketika saat ini kita melihat protokol kesehatan sudah menurun signifikan tentu saja melihat ada peningkatan resiko kenaikan kasus.
"Vaksinasi tidak sepenuhnya bisa mencegah penularan kasus. Mudah untuk mengambil kesimpulan ini, karena negara-negara yang saya sebutkan diatas memiliki cakupan dosis 2 diatas 60 persen," ujarnya.
Septian mengatakan, vaksinasi akan mengurangi resiko jika terkena Covid-19 harus dirawat di RS, muncul gejala atau bahkan kematian.
Namun, penerima vaksin masih bisa terkena Covid-19, tidak bergejala, dan masih menularkan ke pihak lain.
"Ada banyak riset ilmiah yang mendukung hal tersebut," jelasnya.